Waspadai Ultra-Processed Food: Ancaman Tersembunyi di Meja Makan Kita
8 hours ago
3
Nabire, 4 November 2025 – Di era serba cepat seperti sekarang, makanan instan dan praktis seolah menjadi penyelamat di tengah padatnya aktivitas. Mulai dari sosis, nugget, mi instan, hingga minuman kemasan berwarna-warni. Semuanya mudah dijumpai dan disukai berbagai kalangan, terutama anak muda. Namun, di balik kepraktisan itu, tersimpan ancaman yang kian mengkhawatirkan: Ultra-Processed Food atau makanan ultra-proses.
Apa Itu Ultra-Processed Food?
Ultra-Processed Food (UPF) adalah makanan yang telah melalui berbagai tahap pengolahan industri dan mengandung banyak bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, perasa buatan, pemanis, serta emulsifier. Produk ini sering kali tidak lagi menyerupai bahan pangan aslinya. Menurut klasifikasi NOVA dari WHO, UPF termasuk dalam kategori paling tinggi tingkat pengolahannya.
Contohnya? Mi instan, sosis, minuman ringan, kue kemasan, dan berbagai jajanan kekinian yang viral di media sosial. Meski tampil menarik dan praktis, makanan ini sering kali tinggi kalori, gula, lemak jenuh, dan natrium namun miskin zat gizi esensial seperti vitamin, mineral, dan serat.
Dampak Kesehatan yang Tak Disadari
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi UPF berlebihan berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, kanker, dan gangguan mental seperti depresi. Sebuah studi di BMJ 2023 bahkan menemukan bahwa setiap peningkatan 10% konsumsi UPF berhubungan dengan peningkatan risiko kematian dini hingga 15%.
Ironisnya, anak-anak dan remaja kini menjadi konsumen utama UPF. Iklan yang menggoda, harga murah, dan rasa yang “nagih” membuat mereka terbiasa mengonsumsi makanan ultra-proses sejak dini. Jika tidak dikendalikan, kebiasaan ini dapat menurunkan kualitas kesehatan generasi mendatang.
Mengapa Kita Mudah Terjebak?
UPF dirancang untuk menyenangkan lidah dan otak. Kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi merangsang hormon dopamin di otak, menciptakan sensasi puas dan ingin makan lagi. Fenomena ini dikenal sebagai food addiction. Tak heran jika banyak orang sulit berhenti mengonsumsi makanan kemasan meski sadar akan risikonya.
Kembali ke Makanan Asli (Real Food)
Mengurangi konsumsi UPF bukan berarti harus meninggalkan semua makanan praktis. Prinsip utamanya adalah kembali ke makanan asli: makan lebih banyak bahan segar, alami, dan minim proses seperti sayur, buah, ikan, telur, kacang-kacangan, serta umbi lokal. Masak sendiri di rumah juga membantu kita mengontrol bahan dan porsi dengan lebih baik.
Kampanye “Isi Piringku” dari Kementerian Kesehatan bisa menjadi panduan sederhana: setengah piring berisi sayur dan buah, setengah lainnya terdiri dari karbohidrat dan protein sehat. Dengan pola makan ini, tubuh tidak hanya kenyang, tetapi juga sehat.
Peran Kita Semua
Pemerintah, tenaga kesehatan, pendidik, dan media perlu bersinergi dalam edukasi gizi seimbang dan literasi pangan. Sekolah dan kampus bisa menjadi tempat terbaik untuk membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini. Orang tua pun berperan penting sebagai teladan dengan menyediakan makanan bergizi di rumah.
Menjaga diri dari bahaya Ultra-Processed Food bukan sekadar pilihan gaya hidup, melainkan investasi jangka panjang untuk kesehatan bangsa. Karena generasi yang sehat dimulai dari pilihan makan yang bijak hari ini.