Forum Pegiat Literasi Papua Tengah Gelar Diskusi Publik: Ukur Kemajuan Literasi Menuju Papua Tengah Terang

18 hours ago 9

Nabire, 29 Oktober 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Bahasa dan Sastra Nasional sekaligus menandai 1 Abad Pendidikan di Tanah Papua, Forum Pegiat Literasi Papua Tengah menggelar Diskusi Publik bertajuk “Mengukur Kemajuan Literasi Menuju Papua Tengah Terang”, Rabu (29/10/2025) bertempat di Aula Badan Kesbangpol Provinsi Papua Tengah.

Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Tengah, Nurhaidah Nawipa, Anggota DPR Provinsi Papua Tengah Komisi V, Nancy Reweyai, Perwakilan Forum Pegiat Literasi Papua Tengah, Mecky Tebai, serta pengamat pengembangan bahasa daerah, Marsel Douw. Diskusi dimoderatori oleh Alex Giyai.

Peserta yang hadir terdiri dari para pegiat literasi, guru, mahasiswa, pelajar, dan pemuda dari berbagai kabupaten di Papua Tengah.

Ketua Badan Pengurus Harian Forum Pegiat Literasi Papua Tengah, Mecky Tebai, usai diskusi menjelaskan pentingnya kegiatan ini sebagai ruang refleksi dan pemersatu gerakan literasi yang selama ini berjalan sendiri-sendiri.

“Banyak sekali gerakan literasi hari ini yang berjalan, tapi ada yang menutup diri dan ingin bergerak sendiri karena ego masing-masing. Forum ini hadir untuk merangkul semua komunitas literasi agar bisa bersatu,” jelas Mecky.

Ia menambahkan, berbagai komunitas literasi telah bergerak di delapan kabupaten — mulai dari Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai hingga daerah pegunungan seperti Puncak. Namun, tantangan dan kondisi sosial yang berbeda membuat setiap gerakan memiliki dinamika tersendiri.

“Kita tidak bisa samakan kondisi Nabire yang aman dengan Puncak yang masih berkonflik. Jadi pendekatan literasi di setiap daerah harus berbeda,” tambahnya.

Mecky mengungkapkan bahwa secara pendidikan formal, capaian literasi di Papua Tengah bisa dikatakan sudah mencapai 80 persen. Namun untuk gerakan literasi non-formal dan masyarakat, kemajuannya baru sekitar 30 persen.

“Masih ada 70 persen pekerjaan rumah yang belum tersentuh, terutama di bidang literasi masyarakat kampung dan pendidikan non-formal,” ujarnya.

Menurut Mecky, sekitar 10 persen anak-anak di Papua Tengah belum bersekolah atau belum bisa membaca, dan sebagian besar di antaranya adalah anak perempuan.

Ia menilai bahwa tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa tidak hanya berada di tangan guru formal, tetapi juga pada para pegiat literasi di luar sekolah.

Lebih lanjut, Mecky menegaskan bahwa forum literasi harus menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah dalam mencari solusi. Ia menyebutkan bahwa pihaknya telah menjalin koordinasi dan audiensi dengan Komisi V DPR Papua Tengah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Tengah untuk memperkuat kebijakan literasi di daerah.

“Kita tidak lagi bicara siapa yang benar atau salah, tapi bagaimana kita bisa bersatu dan mencari jalan keluar bersama,” katanya.

Rencananya, Forum Pegiat Literasi Papua Tengah akan menggelar Temu Pegiat Literasi se-Papua Tengah pada 27–29 November 2025, guna membahas lebih dalam berbagai persoalan literasi di delapan kabupaten dan merumuskan rekomendasi bersama.

Lanjut, Tebai menyerukan kepada seluruh pegiat literasi agar tidak berjalan sendiri-sendiri dan terus berkolaborasi dengan pemerintah.

“Harapan kami, guru-guru bisa menemukan kembali konsep mengajar yang kontekstual, dan teman-teman pegiat literasi terus menyebarkan semangat membaca dan belajar di masyarakat,” pungkasnya.

[Nabire.Net/Musa Boma]

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |