Nabire, 23 September 2025 – Pemerintah Provinsi Papua Tengah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memastikan bahwa Program Sekolah Sepanjang Hari (SSH) akan mulai bergulir pada awal Oktober 2025. Program ini sebelumnya telah dilaunching oleh Gubernur Papua Tengah pada upacara peringatan HUT RI ke-80, 17 Agustus 2025.
Tahap Awal Diterapkan di 10 Sekolah di 7 Kabupaten
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua Tengah, Nurhaida Nawipa, menjelaskan bahwa penerapan awal SSH akan berlangsung di 10 sekolah yang tersebar di 7 kabupaten. Untuk Kabupaten Puncak Jaya, pemerintah masih fokus pada sosialisasi agar program dapat berjalan dengan baik.
“Pada tahap awal, kami prioritaskan sekolah-sekolah yang masuk kategori 3T serta memiliki populasi tinggi anak-anak Orang Asli Papua (OAP),” ungkap Nurhaida, usai kegiatan penandatanganan MoU Pemprov Papua Tengah dengan UNIPA, Selasa (23/09).
Dalam pelaksanaannya, Universitas Papua (UNIPA) akan menurunkan tim khusus untuk mendampingi sekolah-sekolah penerima program. Hal ini dilakukan agar implementasi SSH berjalan sesuai rencana dan memberikan manfaat nyata bagi peserta didik.
Apa Itu Sekolah Sepanjang Hari?
Lantas, apa itu Sekolah Sepanjang Hari (SSH)? Sekolah Sepanjang Hari merupakan kebijakan Gubernur yang menerapkan jam belajar mengajar mulai pagi sampai sore dan difasilitasi asrama serta didukung makanan. Hal ini dilatarbelakangi oleh persoalan keterbasan akses ke sekolah, stunting dan angka putus sekolah yang tinggi.
Dijelaskan Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas Pendidikan Provinsi Papua Tengah, Deni Tenouye, Sekolah Sepanjang Hari (SSH) merupakan model inovasi pendidikan dengan penerapan jam belajar mengajar dari pagi hingga pukul 12.00 siang mengikuti jadwal sekolah yang ada.
Sedangkan mulai pukul 13.30 hingga sore hari akan diisi dengan kegiatan metode dari SSH dengan pengajar dari Universitas Negeri Papua (UNIPA) berkolaborasi dengan tenaga lokal yang diseleksi oleh Dinas Pendidikan Provinsi Papua Tengah dan Kabupaten.
Konsep SSH juga pernah diutarakan akademisi Universitas Papua (UNIPA), Dr. Agus Sumule. Menurutnya, SSH bukan hanya memperpanjang jam belajar, melainkan menghadirkan suasana sekolah berasrama yang menekankan disiplin dan pembentukan karakter.
“Intinya, kurikulumnya tetap sama. Namun prinsip-prinsip sekolah berasrama, seperti disiplin, pembentukan karakter, dan pembinaan holistik, itulah yang dibawa ke sekolah-sekolah biasa,” jelasnya dalam Rapat Koordinasi Implementasi SSH di Nabire, 31 Juli 2025 lalu.
Ia menegaskan bahwa SSH bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh anak Papua, termasuk yang tinggal di daerah terpencil.
“Anak-anak di kampung tidak boleh berbeda dengan anak-anak di kota. Semua harus mendapat akses pendidikan yang setara,” tegasnya.
Fokus pada Pendidikan OAP dan Pencegahan Putus Sekolah
Kepala Bidang Data dan Layanan Pendidikan, Yulianus Kuayo, menambahkan bahwa SSH diharapkan mampu mengurangi angka putus sekolah di Papua Tengah.
“Kami ingin memproteksi anak-anak OAP agar tidak tercecer dari sistem pendidikan. Program ini juga akan berdampak pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM),” jelasnya.
Selain SSH, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Papua Tengah juga menyiapkan program pendidikan gratis serta aplikasi pendataan pelajar OAP untuk memetakan anak-anak yang belum atau tidak melanjutkan sekolah di berbagai jenjang pendidikan.
Harapan untuk Generasi Papua Tengah
Program SSH diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Papua Tengah, baik dari sisi akademik maupun non-akademik. Pemerintah berharap, hadirnya SSH akan melahirkan generasi unggul Papua Tengah yang siap bersaing di tingkat daerah maupun nasional.
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Provinsi Papua Tengah bersama Universitas Papua (UNIPA) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama terkait implementasi SSH pada 23 September 2025 di ruang kerja Gubernur Papua Tengah.
[Nabire.Net]