Opini: Nabire, Kota Begal yang Berdarah Dalam Diamnya

13 hours ago 4

(Roberthino Hanebora)

Nabire, 26 Juli 2025 – Kota Nabire, Papua Tengah, dalam beberapa pekan terakhir diteror oleh aksi kejahatan jalanan yang brutal. Rentetan kasus pembegalan yang terjadi secara beruntun telah memicu ketakutan mendalam di kalangan warga, yang kini mendesak pemerintah dan aparat keamanan untuk segera menetapkan status darurat begal.

Rentetan Kejadian Mengguncang

Berikut adalah beberapa kasus yang tercatat sepanjang Juli 2025:

  • 4 Juli: Seorang perempuan muda menjadi korban penjambretan di lampu merah depan Hotel Adamant, Jayanti.

  • 13 Juli: Seorang tukang ojek diserang menggunakan parang di wilayah Karang. Motor korban raib, luka parah tak terhindarkan.

  • 20 Juli: Aksi pembegalan terjadi di Karadiri. Warga sempat membantu, namun pelaku berhasil melarikan diri.

  • 24 Juli: Video pembegalan di Mandala viral di media sosial. Kejadian itu terjadi tepat di depan Kantor MRP.

  • 25 Juli: Dua orang menjadi korban begal di siang bolong. Seorang perempuan mengalami luka saat mencoba melawan pelaku.

Media sosial, grup WhatsApp, hingga forum lokal penuh dengan aduan dan rasa takut warga. Namun, keluhan-keluhan ini seperti tak kunjung mendapat respons nyata dari pihak berwenang.

Warga Desak Tindakan Nyata

Kondisi keamanan di Nabire saat ini dinilai semakin memprihatinkan. Jalanan yang dulu akrab kini menjadi medan ketakutan. Lorong-lorong sempit berubah menjadi jebakan. Warga merasa tidak aman, bahkan untuk sekadar berjalan kaki atau pulang larut malam.

Kejahatan ini bukan hanya soal angka statistik. Setiap korban adalah keluarga, tetangga, bahkan sahabat bagi banyak warga Nabire.

Bukan Masalah Niat, Tapi Sistem yang Lemah

Aktivis sosial dan penulis lokal, Roberthino Hanebora, menilai masalah ini bukan karena aparat tidak berniat bekerja, tetapi karena tidak adanya sistem keamanan yang terstruktur. Ia menyebut keamanan hanya bergantung pada patroli sporadis tanpa dukungan komunitas, tanpa pelibatan Karang Taruna, dan tanpa fasilitas pendukung seperti pos jaga, HT, hingga CCTV.

Enam Rekomendasi Solusi Konkret

Untuk menjawab kondisi darurat ini, warga mengusulkan enam langkah strategis:

  1. Kapolres Nabire menetapkan status darurat begal, sebagai bentuk pengakuan resmi terhadap krisis keamanan yang terjadi.

  2. Kapolda Papua Tengah turun langsung ke Nabire, mengingat peran strategis kota ini sebagai ibu kota provinsi.

  3. Gubernur Papua Tengah mengalokasikan dana hibah pengamanan masyarakat dari DPA provinsi secara nyata dan transparan.

  4. Dinas Sosial kabupaten dan provinsi membentuk Karang Taruna aktif di setiap kompleks, lengkap dengan pelatihan dan mandat pengamanan.

  5. Pembangunan Pos Keamanan di titik rawan, dengan fasilitas lengkap dan dikelola bersama aparat dan warga.

  6. Pembentukan Tim Anti Begal terpadu, melibatkan polisi, TNI, Karang Taruna, dan relawan warga dengan jalur pelaporan cepat dan patroli aktif.

Harapan Warga: Nabire Bukan Kota Ketakutan

“Jika pemerintah tidak berani membela warganya dari pembegalan, maka yang sedang dibangun bukan kota, tapi kuburan trauma,” tegas Roberthino Hanebora.

Warga berharap Nabire tidak menjadi kota yang dibiarkan tumbuh dalam ketakutan, tetapi menjadi kota yang dibangun atas dasar keberanian, solidaritas, dan perlindungan terhadap seluruh warganya.

[Nabire.Net]

Post Views: 177

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |