Selular.id – Asosiasi Internet of Things Indonesia (Asioti) memproyeksikan pasar internet of things (IoT) di Indonesia akan terus menunjukkan pertumbuhan signifikan dan diperkirakan mencapai kisaran US$15–20 miliar atau setara Rp250–330 triliun (asumsi kurs Rp16.500) pada tahun 2026.
Proyeksi optimis ini disampaikan langsung oleh Ketua Umum Asioti, Teguh Prasetya, dalam keterangannya.
Teguh membeberkan bahwa pertumbuhan pasar IoT nasional akan didorong oleh adopsi teknologi di berbagai sektor strategis.
Sektor-sektor utama yang menjadi penggerak meliputi smart city/pemerintah, industri/manufaktur, transportasi dan logistik, energi dan utilitas, smart building, pertanian, kesehatan, hingga ritel dan consumer IoT.
“Sektor utamanya meliputi smart city /pemerintah, industri/manufaktur, transportasi dan logistik, energi dan utilitas, smart building, pertanian, kesehatan, hingga ritel dan consumer IoT,” jelas Teguh yang Selular kutip, Sabtu (8/11/2025).
Untuk memberikan gambaran yang lebih detail, Asioti juga memaparkan perkiraan kasar peta pasar IoT nasional per sektor.
Dengan asumsi nilai pasar pada 2026 mencapai sekitar US$17,5 miliar atau setara Rp289 triliun, terlihat komposisi yang cukup beragam.
Dari sisi pembagian sektor, smart city dan sektor publik diperkirakan menjadi porsi terbesar dengan sekitar 25–30% pangsa pasar IoT Indonesia.
Teguh menjelaskan bahwa program smart city nasional, integrasi command center di berbagai kota, serta adopsi IoT oleh kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah akan menjadi motor utama pertumbuhan pasar IoT.
Dengan porsi sekitar 27%, pasar smart city diperkirakan mencapai US$4,7 miliar atau sekitar Rp78 triliun pada 2026.
“Alasan besar program smart city nasional, integrasi command center kota, dan adopsi IoT oleh kementerian/lembaga dan pemda. Riset Mordor menyebut smart cities sebagai segmen aplikasi terbesar di IoT Indonesia,” kata Teguh.
Industrial IoT Tumbuh Pesat
Sektor berikutnya yang mencatat pertumbuhan menjanjikan adalah industrial IoT/manufaktur yang akan mendapat porsi sekitar 18–22% atau US$3,5 miliar atau sekitar Rp57–58 triliun.
Teguh mengatakan, industrial IoT disebut sebagai salah satu segmen dengan pertumbuhan tercepat di laporan global dan Indonesia, dengan proyeksi compound annual growth rate (CAGR) di atas 11%.
Pertumbuhan signifikan juga diharapkan dari sektor transportasi dan logistik, yang diproyeksikan menyumbang sekitar 10–15% pasar, setara US$2,1 miliar atau sekitar Rp34–35 triliun.
Teguh mengatakan sektor ini didorong oleh pesatnya bisnis e-commerce, logistik last-mile, dan kebutuhan efisiensi rantai pasok di negara kepulauan seperti Indonesia.
Untuk energi dan utilitas, Teguh memperkirakan pangsa sekitar 8–12% dengan nilai sekitar US$1,75 miliar atau sekitar Rp28–29 triliun, yang mencakup aplikasi seperti smart meter dan monitoring jaringan distribusi listrik atau air.
Sektor ini mendapat dukungan dari perkembangan infrastruktur digital seperti yang terlihat dalam program akselerasi fiber optik Telkom yang mendukung konektivitas data.
Pertumbuhan di Berbagai Sektor Lain
Adapun, smart building dan real estate diproyeksikan memiliki porsi 7–9% atau sekitar US$1,4 miliar atau setara Rp23 triliun, seiring meningkatnya pembangunan gedung pintar di kota besar.
Selain sektor besar di atas, IoT juga tumbuh cepat di sektor pertanian dan perikanan yang mulai memanfaatkan sensor, irigasi otomatis, hingga drone dan sistem monitoring tambak.
Porsinya diperkirakan 5–7%, atau sekitar US$1,0–1,1 miliar atau setara Rp17 triliun.
“Secara nilai belum sebesar smart city atau industri, tapi pertumbuhannya tinggi karena banyak pilot dan program pemerintah untuk pertanian presisi dan budidaya perikanan,” kata Teguh.
Sementara di kesehatan, atau connected healthcare, adopsi IoT meningkat pasca pandemi. Nilainya juga sekitar US$1,0–1,1 miliar atau sekitar Rp17 triliun.
Aplikasinya meliputi telemedicine, remote patient monitoring, dan smart bed di rumah sakit.
Sektor ritel dan pembayaran pun tumbuh, dengan porsi sekitar 4–6% atau US$0,9 miliar atau sekitar Rp14–15 triliun, didorong digitalisasi ritel modern dan integrasi omni-channel.
Selain itu, Teguh menambahkan ada segmen lain seperti consumer IoT dan otomotif, termasuk perangkat rumah pintar, wearables, dan kendaraan terhubung.
Gabungan segmen ini diperkirakan menyumbang sekitar 5–10% pasar atau US$1,0–1,1 miliar atau sekitar Rp17 triliun.
Teguh mengingatkan, angka-angka per sektor tersebut masih bersifat estimatif karena diambil dari berbagai riset dengan metodologi berbeda.
Dia juga menegaskan pertumbuhan tertinggi ke depan kemungkinan akan datang dari industrial IoT, smart city, smart agriculture, dan connected healthcare.
“Pembagian persentase sektor saya turunkan dari struktur vertikal, lalu diaproksimasi,” katanya.
Proyeksi pertumbuhan pasar IoT ini sejalan dengan perkembangan infrastruktur digital Indonesia yang semakin matang.
Dukungan dari penyedia layanan telekomunikasi dan data center menjadi faktor penting dalam mengakselerasi adopsi IoT di berbagai sektor, menciptakan ekosistem digital yang lebih terintegrasi untuk mendukung transformasi digital nasional.































