Selular.id – Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) mulai memberitahu klien-klien besarnya tentang rencana kenaikan harga chip pada 2026. Kenaikan yang diperkirakan mencapai 8-10% ini akan berdampak langsung pada harga ponsel flagship dari Apple, Samsung, dan produsen besar lainnya. Konsumen akhir diprediksi akan menanggung biaya tambahan ini melalui kenaikan harga perangkat mereka.
TSMC, sebagai produsen chip terbesar di dunia, telah mengirimkan pemberitahuan resmi kepada para mitra utamanya. Sumber dari leaker Korea yeux1122 di platform Naver mengungkapkan bahwa kenaikan harga akan berlaku untuk proses fabrikasi paling mutakhir di bawah 5nm. Proses-proses inilah yang digunakan untuk memproduksi chip-chip unggulan beberapa tahun terakhir, termasuk seri A16 hingga A19 dan M3 hingga M5 dari Apple.
Lonjakan harga sebesar 8-10% ini terbilang signifikan dibandingkan pola kenaikan tahun-tahun sebelumnya yang hanya berkisar 3-5%. Perubahan ini mencerminkan tekanan biaya produksi yang semakin tinggi di industri semikonduktor. Kenaikan ini juga terjadi di tengah meningkatnya permintaan chip untuk perangkat AI dan komputasi kinerja tinggi.

Dampak kenaikan harga TSMC ini tidak hanya terbatas pada Apple. Samsung dengan seri Galaxy S26-nya juga diprediksi akan menyesuaikan harga jual. MediaTek dan Qualcomm sebagai klien penting TSMC lainnya juga disebut-sebut akan menghadapi kenaikan biaya chip yang signifikan. Laporan terpisah pada September lalu mengindikasikan bahwa MediaTek dan Qualcomm masing-masing akan membayar 24% dan 16% lebih mahal untuk chip baru mereka.
Chip-chip tersebut dibangun menggunakan proses N3E generasi kedua TSMC, sementara model yang lebih baru memanfaatkan proses N3P generasi ketiga. Transisi ke proses yang lebih advanced ini menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan harga. Industri melihat pola dimana setiap generasi proses manufaktur yang lebih kecil memang datang dengan biaya produksi yang lebih tinggi.
Dampak Berlapis pada Pasar Smartphone
Apple sebagai klien terbesar TSMC dipastikan tidak akan luput dari efek kenaikan ini. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa chip A20 yang diharapkan menjadi otak iPhone 18 kemungkinan akan lebih mahal lagi. Chip ini diperkirakan akan menjadi prosesor 2nm pertama yang diproduksi massal, dengan biaya produksi yang disebut-sebut 50% lebih tinggi dari proses 3nm terbaru.
Dengan kenaikan tersebut, harga per unit prosesor A20 bisa mencapai US$280, sebuah lompatan dramatis dari harga A18 yang dilaporkan sekitar US$45 per unit. Meskipun informasi terbaru menyatakan bahwa kenaikan aktual tidak akan lebih dari 20%, tetap saja ini merupakan peningkatan biaya yang signifikan bagi Apple. Perusahaan asal Cupertino ini kemungkinan akan meneruskan sebagian biaya tambahan ini kepada konsumen.
Pasar smartphone flagship diprediksi akan mengalami perubahan struktur akibat tekanan biaya ini. Perbedaan antara model Ultra yang paling canggih dan versi flagship yang lebih terjangkau kemungkinan akan semakin melebar. Produsen akan lebih selektif dalam menentukan fitur dan spesifikasi yang ditawarkan di setiap segmen harga.
Beberapa analis memprediksi bahwa konsumen mungkin mulai mempertimbangkan alternatif di luar ponsel flagship premium. Ponsel mid-range dengan harga stabil seperti Oppo A6 Pro bisa menjadi pilihan menarik bagi mereka yang ingin menghindari kenaikan harga ekstrem. Tren ini mungkin akan mendorong pertumbuhan pasar mid-range yang menawarkan performa memadai dengan harga lebih terjangkau.
Implikasi Jangka Panjang bagi Industri
Kenaikan harga TSMC ini terjadi dalam konteks yang lebih luas dari dinamika industri semikonduktor global. Teknologi chip yang semakin advanced memang membutuhkan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan. Biaya fabrikasi untuk proses 2nm dan 3nm jauh lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya, yang akhirnya harus dibebankan kepada konsumen akhir.
Persaingan di segmen chip AI juga turut mempengaruhi landscape ini. MediaTek yang menargetkan pendapatan miliaran dolar dari chip AI pada 2027 harus berhadapan dengan realita kenaikan biaya produksi. Hal serupa juga dialami oleh Qualcomm dan produsen chip lainnya yang bergantung pada TSMC untuk memproduksi desain mereka.
Dampak berantai dari kenaikan harga TSMC ini kemungkinan akan terasa hingga tahun 2026 dan seterusnya. Produsen smartphone tidak hanya menghadapi tekanan dari sisi komponen, tetapi juga harus mempertimbangkan daya beli konsumen yang mungkin sudah jenuh dengan harga ponsel yang terus melambung. Beberapa brand mungkin memilih strategi diferensiasi produk yang lebih agresif untuk tetap kompetitif.
Industri smartphone global kini berada pada titik balik penting. Kenaikan harga komponen kunci seperti chip TSMC memaksa seluruh pemain untuk mengevaluasi strategi pricing dan portfolio produk mereka. Konsumen diharapkan lebih bijak dalam memilih perangkat yang sesuai dengan kebutuhan dan budget, sementara produsen harus menemukan keseimbangan antara innovation dan affordability.






























