Selular.id – Gamer Indonesia tercatat sebagai yang paling permisif di dunia dalam hal persetujuan pelacakan data pribadi.
Laporan ‘The Gaming App Insights Report 2025’ dari Adjust mengungkapkan tingkat persetujuan App Tracking Transparency (ATT) di Indonesia mencapai 58,6 persen pada kuartal pertama 2025, angka tertinggi secara global yang jauh melampaui rata-rata dunia.
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya yang berada di level 54,2 persen.
Artinya, hampir 6 dari 10 gamer di Indonesia yang dihadapkan pada permintaan izin pelacakan memilih untuk menyetujui.
Padahal, persetujuan ini berarti mengizinkan pengumpulan data aktivitas seperti aplikasi lain yang dibuka, situs yang dikunjungi, bahkan informasi lokasi.
Laporan Adjust memberikan gambaran kontras yang mencolok antara Indonesia dan pasar global.
Rata-rata tingkat persetujuan ATT global sepanjang Q1-2025 hanya 37,9 persen, naik tipis dari 37,5 persen pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Pasar besar seperti Amerika Serikat bahkan tetap stabil di angka sekitar 32 persen, jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia.

Dominasi Asia Tenggara dalam Persetujuan Pelacakan
Tren tinggi persetujuan ATT tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga melanda negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Meskipun demikian, tidak ada yang mampu menyaingi angka yang dicatat Indonesia.
Malaysia mengalami lonjakan signifikan dari 46,9 persen pada Q1-2024 menjadi 51,9 persen pada Q1-2025.
Thailand juga mencatatkan kenaikan tipis dari 49,7 persen ke 51,4 persen.
Sementara Filipina berada di angka 47,4 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Vietnam dan Singapura mencatatkan angka di bawah 45 persen, meski tetap menunjukkan peningkatan dari kuartal yang sama di tahun sebelumnya.
Pola ini mengindikasikan bahwa pengguna di kawasan Asia Tenggara secara umum lebih terbuka terhadap pelacakan data dibandingkan dengan wilayah lain di dunia.
Profil Digital dan Risiko Keamanan Data
App Tracking Transparency merupakan framework yang diperkenalkan Apple untuk memberi kendali lebih besar kepada pengguna atas data mereka.
Saat pengguna menyetujui permintaan ATT, data aktivitas mereka mulai dikumpulkan untuk membangun profil digital yang komprehensif.
Profil digital ini mencakup berbagai aspek perilaku pengguna, mulai dari preferensi gaming, kebiasaan browsing, hingga pola mobilitas.
Data yang terkumpul kemudian digunakan untuk menargetkan iklan yang lebih relevan, namun juga membuka potensi risiko keamanan jika sampai bocor atau dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Fenomena ini patut menjadi perhatian mengingat maraknya kasus kebocoran data di industri teknologi.
Pengguna seharusnya lebih kritis dalam mempertimbangkan konsekuensi dari setiap persetujuan yang mereka berikan, terutama terkait data pribadi yang sensitif.
Pengembangan sistem operasi dan platform gaming terus mengalami evolusi untuk menjawab tantangan privasi ini.
OnePlus Rilis FAQ OxygenOS Terbaru, Bahas Bug dan Fitur Baru menunjukkan bagaimana vendor semakin serius menangani isu keamanan dan privasi pengguna.
Tren Berbalik di Kawasan Lain
Sementara Asia Tenggara mencatatkan peningkatan persetujuan ATT, kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara justru menunjukkan tren sebaliknya.
Uni Emirat Arab mengalami penurunan dari 50,6 persen ke 49 persen, sementara Arab Saudi turun dari 51,7 persen menjadi 50,7 persen.
Perbedaan tren ini mengindikasikan adanya variasi kesadaran privasi digital di berbagai belahan dunia.
Faktor budaya, edukasi digital, dan pengalaman sebelumnya dengan insiden keamanan data mungkin memengaruhi bagaimana pengguna merespons permintaan pelacakan.
Industri gaming sendiri terus berinovasi dengan dukungan teknologi terbaru.
Xiaomi Perluas HyperOS 3 Beta ke 7 Perangkat Baru, Termasuk TV menjadi contoh bagaimana platform gaming semakin terintegrasi dengan ekosistem perangkat yang lebih luas.
Platform gaming juga terus memperbarui fitur sosial mereka, seperti yang terlihat dalam Google Play Games Perbarui Profil dengan Fitur Sosial Baru, yang tentunya juga memerlukan pertimbangan matang terkait aspek privasi pengguna.
Laporan Adjust ini memberikan gambaran jelas tentang bagaimana perilaku pengguna gaming terhadap privasi data terus berkembang.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya perlindungan data pribadi, diharapkan terjadi keseimbangan antara kebutuhan personalisasi pengalaman gaming dan hak privasi digital pengguna.
































