Pengguna TikTok AS Mulai Tinggalkan RedNote

5 days ago 10

SELULAR.ID – Warga Amerika Serikat (AS) sempat ramai-ramai berpindah haluan menuju aplikasi mirip TikTok, yakni RedNote. Migrasi ini dilakukan ketika TikTok akan dilarang di negara tersebut. Namun, usai ditangguhkan dalam waktu 75 hari, aplikasi yang sama-sama berbasis di Tiongkok itu mulai ditinggalkan.

RedNote yang memiliki nama mandarin Xiaohongshu itu bahkan merajai sebagai aplikasi nomor wahid paling banyak dicari di toko penyedia. Bukan angka yang kecil, pengguna aktif hariannya sempat mencapai 32 juta di Negeri Paman Sam itu. Aplikasi itu memang menyerupai TikTok yang berbasis video pendek.

Usai TikTok kembali lagi dapat diakses di AS, aplikasi RedNote justru kembali ditinggalkan. Dalam data yang dibagikan Similiarweb, pengguna aktif harian RedNote di AS menurun sebesar 54 persen pekan lalu, usai Presiden AS Donald Trump memberi kelonggaran TikTok.

Similarweb juga mengatakan, bahwa RedNote telah mencapai 3,4 juta pengguna aktif harian di iOS dan Android di AS, pada Kamis 16 Januari sebelum larangan, atau meningkat 133,8 persen dari minggu ke minggu.

Baca juga: Deretan Nama Tokoh di AS yang Digadang Bisa Beli TikTok

Usai dilantik, Presiden Trump menawarkan TikTok perpanjangan tenggat waktu 75 hari. Kesempatan ini memungkinkan TikTok lebih banyak waktu untuk menegosiasikan kesepakatan yang akan membuatnya tetap hidup di AS.

Data yang sama juga dibagikan oleh penyedia intelijen aplikasi, Sensor Tower, yang melihat tren serupa. Sesuai perkiraannya, rata-rata pengguna aktif harian seluler AS untuk RedNote dari 20 hingga 22 Januari menurun sekitar 17 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya pada tanggal 13 hingga 19 Januari.

Dari data Sensor Tower menunjukkan, 700 ribu pengguna TikTok migrasi ke RedNote, pada saat dua hari sebelum TikTok dinyatakan dilarang pada 19 Januari.

Mengutip Techcrunch, larangan TikTok di AS tidak membuat warganya berhenti menggunakan aplikasi milik Tiongkok lainnya. Mereka bahkan juga menentang parlemen dan Meta sebagai pihak yang ingin mencari untung di tengah situasi larangan TikTok.

Warga AS yang menggunakan TikTok juga menegaskan ketidakminatannya beralih ke Instagram Reels. Mereka bahkan mengkritik soal keamanan data warga. Menurut masyarakat, tak ada bedanya dengan kasus pelanggaran privasi Meta yang bukan lagi menjadi rahasia umum.

Artinya, saat AS mengatakan pelarangan TikTok dengan dalil melindungi keamanan negara, Meta justru melakukan hal yang ditakutkan pemerintah AS di negara lain termasuk AS sendiri, yakni melanggar masalah privasi. Larangan TikTok dari AS dianggap sebagai kemunafikan.

Hal yang menarik sebelum 19 Januari, pengguna aktif harian TikTok di AS melonjak ke rekor tertinggi selama setahun terakhir, mencapai angka 106,8 juta pengguna harian di iOS dan Android.

Pertukaran Budaya

RedNote juga membawa dampak lain kepada psikologis pengguna TikTok di AS. Para kreator justru mulai mengulik informasi mengenai budaya Tiongkok dan sebaliknya. Secara tidak langsung, pertukaran budaya dilakukan oleh para pengguna RedNote di AS dan di negara asalnya.

Namun, posisi RedNote sebagai aplikasi teratas di AS adalah tren yang tidak mungkin bertahan, setidaknya selama TikTok tersedia. Pertama, RedNote dilokalkan dalam bahasa Mandarin, sehingga mendorong banyak orang untuk beralih ke aplikasi penerjemah untuk mempelajari bahasa tersebut.

Baca juga: Karena Jadi Pengguna, Donald Trump Urungkan Matikan TikTok

Akses kepada aplikasi terjemahan di AS melonjak 216% saat RedNote mulai banyak diunduh. Namun, mempelajari bahasa baru adalah hal yang sangat menantang, dan banyak pengguna mungkin tidak akan tekun mempelajarinya.

Selain itu, tidak seperti TikTok, RedNote berfokus pada pasar Tiongkok. Sementara TikTok yang awalnya fokus di negara sendiri, kemudian menjadi aplikasi global yang profit. Hal itulah yang membuat TikTok merasa keberatan jika menjual aplikasi tersebut kepada AS.

Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |