Selular.ID – CEO Nokia Pekka Lundmark kembali tersenyum semringah. Pasalnya, kinerja perusahaan yang dipimpinnya kembali melesat, setelah sebelumnya menderita kerugian.
Pekka optimis tentang peningkatan tren pasar di sepanjang 2025, karena unit infrastruktur dan teknologi membantu vendor tersebut menghasilkan pendapatan yang kuat sepanjang Q4 2024.
Dalam pengumuman pendapatan, Nokia menyatakan penjualan bersih pada mata uang konstan tumbuh 9 persen tahun-ke-tahun menjadi €6 miliar, didorong oleh peningkatan di hampir semua kelompok bisnisnya.
Perusahaan tersebut kembali membukukan laba bersih sebesar €813 juta, setelah melaporkan kerugian sebesar €33 juta pada Q4 2023 karena sejumlah item yang tidak terduga.
Penjualan dari Infrastruktur Jaringan tumbuh 17 persen menjadi €2 miliar, karena peningkatan permintaan dari pelanggan CSP, terutama di Amerika Utara.
Terutama, pesaing utamanya Ericsson minggu lalu melaporkan angka Q4 2024 yang kuat, didukung oleh bisnis di AS.
Dalam hal pertumbuhan, Nokia Technologies menjadi yang paling menonjol, dengan penjualan bersih naik 85 persen menjadi €463 juta.
Pencapaian itu, didorong oleh pembaruan ponsel pintar dan area pertumbuhan baru, bersama dengan kesepakatan yang dicapai selama kuartal tersebut termasuk kesepakatan multimedia dengan Samsung dan HP.
Penjualan dari Layanan Cloud dan Jaringan meningkat 7 persen menjadi €1,1 miliar, meskipun Jaringan Seluler sedikit menurun, turun 2 persen menjadi €2,4 miliar.
Vendor tersebut menjelaskan tren penjualan sekarang mulai stabil menyusul kinerja yang kuat di India dan melihat beberapa momentum komersial, dengan kesepakatan yang ditandatangani dengan Bharti Airtel dan Deutsche Telekom.
Melihat ke depan hingga akhir 2025 nanti, Lundmark mengatakan pihaknya mengharapkan tren yang membaik dalam infrastruktur jaringan untuk “mempertahankan dan mendorong pertumbuhan yang kuat”, sambil menunjuk potensi di sekitar bisnis inti dan edge 5G.
Pada jaringan seluler, bos Nokia itu mengharapkan peningkatan dan saat ini mengasumsikan “penjualan bersih yang sebagian besar stabil”.
Pekka memperkirakan laba operasi antara €1,9 miliar dan €2,4 miliar pada 2025. Dengan pencapaian itu, ia membuktikan bahwa tangan dinginnya, kembali mengantarkan Nokia ke dalam jalur pertumbuhan.
Baca Juga: Laba Amblas 20%, Pekka Lundmark Optimis Nokia Kembali Bangkit di Semester Kedua Tahun Ini
Nyaris Diganti dengan CEO Baru
Sebelumnya, Pekka Lundmark berada dalam posisi genting. Kinerja yang menurun pada kuartal kedua 2024, membuat ia pasrah posisinya bisa digantikan setiap saat.
Nokia telah secara resmi menanggapi laporan media yang mengklaim perusahaan tersebut tengah mencari kandidat baru untuk menggantikan CEO Pekka Lundmark.
Raksasa Finlandia itu, mengatakan bahwa pihaknya tersebut tengah melakukan “perencanaan suksesi berkala.”
Sebelumnya pada Kamis (12/9), Financial Times (FT) melaporkan, mengutip orang-orang yang mengetahui situasi tersebut, bahwa pencarian CEO baru sedang berlangsung.
Media yang berbasis di London itu, menyebutkan bahwa setidaknya satu orang pencari bakat telah ditunjuk untuk membantu proses tersebut.
Nokia yang pernah menjadi produsen ponsel terbesar tersebut tengah bergulat dengan harga saham yang merosot dan penjualan yang anjlok.
Imbas persaingan yang ketat dengan pemain sejenis dan melemahnya permintaan, terutama divisi jaringan selular karena kegagalan 5G dalam menghasilkan pendapatan tambahan bagi operator.
Kondisi itu memaksa perusahaan harus melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk PHK ribuan karyawan di berbagai negara.
Laporan FT mengatakan bahwa langkah untuk menggantikan Lundmark dilakukan setelah pemegang saham frustrasi karena ketidakmampuannya untuk meningkatkan angka pendapatan, yang saat ini lebih rendah dibandingkan 2016 setelah pengambilalihan Alcatel-Lucent senilai €15,6 miliar.
Sebelumnya dalam laporan kinerja Q2-2024, Nokia membukukan hasil buruk. Perusahaan mencatat penurunan penjualan sebesar 18% tahun-ke-tahun di seluruh lini bisnis.
Saat itu Pekka mengaitkan penurunan penjualan Nokia sebesar €4,5 miliar sebagian karena Q2 2023 menjadi puncak pembelanjaan 5G di India, sehingga menjadikannya perbandingan yang sulit.
Namun, ia juga mengindikasikan bahwa operator selular tetap berhati-hati dalam membelanjakan capex pada kuartal terakhir.
Menurunnya kinerja Nokia pada Q2-2024, sejatinya telah tercermin pada kuartal sebelumnya. Kehilangan kontrak besar dari AT&T, karena berpindah ke Ericsson tahun lalu, membuat Nokia sedikit limbung.
Namun langkah efisiensi besar-besaran, sekaligus upaya menggenjot pasar utama, seperti India, membuat kinerja Nokia kembali ke jalur pertumbuhan.
Kini setidaknya posisi Pekka jauh lebih aman di bandingkan September tahun lalu, saat ia dirumorkan kehilangan jabatan sebagai CEO.
Baca Juga: Pekka Lundmark Menghitung Hari di Nokia