SELULAR.ID – Produk media sosial milik Meta yang meliputi Facebook, Instagram, dan Threads telah mengurangi kebijakan moderasi konten di berbagai platform tersebut. Meta akan mengakhiri program pemeriksa fakta independen pihak ketiga, dan menggantinya dengan program catatan komunitas seperti yang dimiliki X/Twitter.
Keputusan perubahan moderasi Meta dengan menghilangkan pemeriksa fakta independen mendapatkan kritik yang keras oleh masyarakat global. Pasalnya, kebijakan melibatkan program catatan komunitas, hanya akan mengandalkan anggota komunitas di Facebook, Instagram, dan Threads, untuk menandai postingan sebagai misinformasi.
Kritik pedas kian menjadi kepada Meta, saat Facebook, Instagram, dan Threads juga meningkatkan ambang batas untuk filter konten otomatisnya. Ini berarti platform tersebut berpotensi menghapus postingan baik secara keliru, serta sedikit menghapus postingan sesat atau konten negatif.
Hal ini juga secara otomatis menghapus Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) yang merupakan kebijakan atau upaya yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang beragam, adil, dan inklusif di tempat kerja atau dalam organisasi.
Instagram dan Threads justru kini mengumumkan akan menambah rekomendasi untuk konten yang dikategorikan sebagai konten politik. Deretan ini menambah kekhawatiran masyarakat, bahwa platform media sosial milik Meta akan menjadi ajang perundungan, perdebatan sengit, serta perpecahan. Perubahan besar di Meta tersebut dituding sebagai pesanan presiden AS terpilih, Donald Trump. Hal itulah yang membuat Meta membelokkan kemudinya sesuai dengan keinginan penguasa.
Berbagai kritik pedas yang masuk untuk Meta, sang CEO Mark Zuckerberg justru melakukan serangkaian bantahan. Rangkaian keputusan perubahan pada kebijakan moderasi dan rekomendasi konten berbau politik, bukanlah permintaan atau tekanan dari seseorang. Ia mengklaim sudah lama akan melaksanakan perubahan itu, namun hanya menunggu waktu pelaksanaannya saja.
Baca juga: Mark Zuckerberg Sudah Main Gim Civilization 1.000 Jam Lebih
Zuckerberg berdalih ingin memperluas kebebasan berekspresi sesuai tujuan awal membangun media sosial untuk mengekspresikan isi pemikiran penggunanya. Ia menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir, banyak hal yang dibungkam di platformnya karena menyerukan kebenaran, seperti Covid-19, dan Pilpres di AS tahun 2016. Banyak penyensoran dilakukan Meta, berdasar basis ideologis tertentu.
“Inti dari media sosial pada dasarnya adalah memberi orang kemampuan untuk berbagi apa yang mereka inginkan. Hal ini kembali ke misi awal kami untuk memberi orang kekuatan untuk berbagi dan membuat dunia lebih terbuka dan terhubung,” kata Zuckerberg mengutip Techcrunch, dalam Podcast bersama Joe Rogan Experience pada 11 Januari 2025.
Terkait Donald Trump, Zuckerberg mengatakan bahwa ia cukup optimis dengan presiden terpilih karena ia hanya ingin Amerika menang. CEO tersebut menekankan betapa pentingnya memiliki pemerintah yang membela perusahaan teknologi Amerika di luar negeri, yang disinyalir merujuk pada pengawasan yang dihadapi Meta di Uni Eropa.
Serangkaian perubahan moderasi dan rekomendasi konten politik yang dilakukan Meta untuk Facebook, Instagram, dan threads, diklaim Zuckerberg, hanya kebetulan belaka dengan kemenangan Trump. Justru, saat era Presiden AS Joe Biden banyak informasi benar yang malah dihapus, seperti kebenaran mengenai vaksin Covid-19.
Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News