SELULAR.ID – Jelang akhir masa jabatan, pemerintah masa Presiden Amerika Serikat, Joe Biden justru membatasi ekspor chip AI dengan alasan keamanan. Keputusan ini dinilai terburu-buru dan tidak matang, serta direncanakan secara diam-diam sehingga mengancam keberlangsungan perusahaan teknologi.
Peraturan yang diregulasikan melalui Interim Final Rule on Artificial Intelligence Diffusion itu bertujuan melindungi teknologi kritis AS dari akses negara-negara yang dianggap sebagai ancaman. Pembatasan ekspor chip AI memiliki syarat, yakni membutuhkan lisensi khusus, kecuali untuk 20 negara sekutu.
Pada negara bukan sekutu Amerika Serikat (AS), Administrasi era Joe Biden hanya membolehkan membeli dalam jumlah terbatas. Sementara, untuk negara musuh AS, ekspor chip AI dilakukan dengan pengawasan ketat secara efektif, hingga pelarangan ekspor.
Dalam merealisasikan aturan itu, perusahaan teknologi hanya diberi waktu setahun untuk beradaptasi, dengan masa 120 hari untuk dengar pendapat publik.
Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo mengatakan, tindakan itu urgen dilakukan untuk menjaga kepemimpinan AI Amerika Serikat sambil mencegah eksploitasi teknologi canggih yang dilakukan negara-negara lawan. Menurutnya, AS perlu melakukan penyeimbangan antara keamanan negara dengan kemaslahatan ekonomi.
Baca juga: 2025 Jadi AI Era, Serangan Siber Juga Akan Masif
“Saat AI semakin canggih, ancamannya terhadap keamanan nasional juga semakin besar,” ujar Raimondo mengutip Maginative.
Raimondo juga menegaskan, pemerintah Biden juga memiliki langkah strategis untuk merespons kekhawatiran atas potensi penyalahgunaan AI dalam hal seperti kemajuan militer, operasi siber, dan pengawasan.
Kebijakan yang digelar dadakan oleh Administrasi Pemerintah Joe Biden ini justru dituding sebagai upaya pencekalan lebih luas kepada ByteDance, perusahaan yang menaungi TikTok dan berbasis di Tiongkok, musuh besar AS.
Menurut The Information, ByteDance akan membeli chip Nvidia senilai $7 miliar, sebuah harga yang fantastis. Jika pembelian itu benar dilakukan, maka ByteDace yang menaungi TikTok akan menjadi perusahaan yang memiliki chip Nvidia terbesar secara global. Hanya saja,
Ditentang Nvidia
Sebagai perusahaan paling mumpuni dalam memproduksi chip AI secara global, Nvidia jelas menentang kebijakan tersebut. Wakil Presiden urusan Pemerintahan Nvidia, Ned Finkle mengatakan, pembatasan ekspor AI dengan urusan keamanan negara adalah hal yang salah arah.
Nvidia berpendapat, peraturan tersebut akan menghambat inovasi global dan pertumbuhan ekonomi, sekaligus gagal meningkatkan keamanan AS. Perusahaan memperingatkan pembatasan pada aplikasi komputasi arus utama dapat melemahkan keunggulan kompetitif Amerika
Finkle juga menyayangkan aturan itu disusun tanpa dibahas kepada publik, tidak melibatkan perusahaan teknologi serta parlementer. Aturan baru tersebut justru membuktikan pemerintah yang akan lengser terlalu ikut campur dan berlebihan.
“Meskipun berkedok sebagai tindakan ‘anti-Tiongkok’, aturan ini tidak akan meningkatkan keamanan AS,” tulis Finkle dalam laporan Maginative.
Baca juga: ByteDance Bakal Beli Chip Nvidia saat Larangan TikTok di AS Menggema
Kritik Nvidia berpusat pada cakupan kerangka kerja yang luas, yang tidak hanya mencakup chip AI kelas atas, tetapi juga mencakup aplikasi komputasi umum. Jika direalisasikan, pembatasan ekspor chip AI itu akan mengganggu teknologi yang sudah tersedia secara luas dalam perangkat keras konsumen dan PC game.
Nvidia secara tegas menolak regulasi tersebut, lantaran secara global, perusahaan teknologi sangat bergantung pada chip Nvidia. Ini jelas merugikan perusahaan, serta negara AS sendiri.
Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News