Selular.id – Apple dikabarkan memangkas produksi iPhone Air secara signifikan menyusul permintaan pasar yang lebih rendah dari perkiraan.
Berdasarkan laporan dari media Korea Selatan The Elec, perusahaan asal Cupertino itu akan mengurangi produksi iPhone Air sebanyak satu juta unit akibat penjualan yang mengecewakan.
Analis dari Mizuho Securities mengungkapkan bahwa keputusan pemotongan produksi ini diambil setelah Apple mengevaluasi respons pasar terhadap model ultra-tipis terbarunya.
Meskipun iPhone Air menawarkan desain yang sangat tipis dengan ketebalan hanya 5,6 mm, konsumen ternyata lebih memilih model iPhone lainnya yang menawarkan fitur lebih lengkap.
Ironisnya, sementara iPhone Air mengalami penurunan permintaan, tiga model iPhone lainnya justru menunjukkan performa penjualan yang sangat kuat.
Apple bahkan dilaporkan meningkatkan produksi iPhone 17 sebanyak dua juta unit, dengan iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max masing-masing mendapatkan tambahan produksi satu juta dan empat juta unit.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pembeli iPhone cenderung memilih model yang sudah mereka kenal daripada mencoba varian baru seperti iPhone Air.
Beberapa analis percaya bahwa konsumen lebih tertarik pada fitur-fitur yang sudah terbukti kegunaannya daripada desain yang inovatif namun mengorbankan beberapa fungsi penting.
Desain Tipis yang Mengorbankan Fitur
iPhone Air memang menawarkan keunikan tersendiri dengan desainnya yang ultra-tipis. Dengan ketebalan hanya 5,6 mm, perangkat ini 19% lebih tipis dibandingkan iPhone 6 yang sebelumnya memegang rekor sebagai iPhone tertipis dengan ketebalan 6,9 mm.
Desain yang ramping ini membuat iPhone Air terlihat sangat premium dan modern.
Namun, desain tipis ini ternyata memiliki konsekuensi terhadap beberapa aspek penting. Kamera iPhone Air hanya dilengkapi dengan lensa 48MP Fusion tanpa dukungan lensa Ultra Wide atau Telephoto seperti yang tersedia pada model Pro. Hal ini membatasi kemampuan fotografi pengguna, dengan zoom optik maksimal hanya 2x.
Dari segi baterai, Apple berhasil mengoptimalkan kapasitas 3149 mAh untuk model eSIM-only dan 3036 mAh untuk model dengan fisik eSIM.
Meskipun Apple mengklaim baterai dapat bertahan seharian, beberapa review menyoroti kecenderungan perangkat menjadi panas saat digunakan intensif.
Peningkatan Signifikan pada iPhone 17 Reguler
Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab lemahnya penjualan iPhone Air adalah peningkatan signifikan pada iPhone 17 reguler.
Untuk tahun ini, Apple memasukkan fitur ProMotion display ke dalam model entry-level, yang menawarkan refresh rate variabel dari 1-120Hz.
Peningkatan lain yang cukup mencolok adalah pada daya tahan baterai. iPhone 17 mampu bertahan hingga 30 jam untuk pemutaran video, meningkat signifikan dari 22 jam yang dicapai oleh iPhone 16.
Peningkatan performa baterai ini menjadi nilai jual yang sangat kuat bagi konsumen yang mengutamakan utilitas.
Permintaan yang tinggi terhadap iPhone 17 terlihat dari waktu tunggu pengiriman yang masih mencapai dua hingga tiga minggu di berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China, Jepang, dan Swiss. Kondisi ini menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih model yang menawarkan keseimbangan antara fitur dan harga.
Dengan harga mulai dari $999 atau cicilan $41,62 per bulan selama 24 bulan, iPhone Air sebenarnya menawarkan posisi yang menarik di antara model reguler dan Pro.
Namun, tampaknya strategi pricing ini tidak cukup untuk menarik minat konsumen yang menginginkan fitur lengkap dengan harga lebih terjangkau.
Dalam konteks pasar smartphone global yang semakin kompetitif, keputusan konsumen untuk memilih model tertentu seringkali dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan praktis.
Seperti yang terjadi di Indonesia, di mana persaingan antara Huawei Pura 80 dan iPhone 17 menunjukkan betapa konsumen semakin selektif dalam memilih smartphone flagship.
Fenomena penjualan iPhone yang kuat tidak hanya terjadi di pasar tradisional seperti China, tetapi juga meluas ke negara-negara lain. Euphoria penjualan iPhone 17 yang melanda Rusia membuktikan bahwa brand Apple masih memiliki daya tarik kuat di berbagai belahan dunia.
Di tengah dinamika pasar smartphone yang terus berubah, strategi produksi menjadi kunci penting bagi para produsen.
Seperti yang dilakukan oleh Transsion dengan mengandalkan Infinix sebagai tulang punggung bisnisnya di Indonesia, penyesuaian produksi berdasarkan respons pasar adalah langkah yang wajar dalam industri yang sangat dinamis ini.
Keputusan Apple untuk memangkas produksi iPhone Air sambil meningkatkan produksi model lainnya mencerminkan kemampuan perusahaan dalam merespons kondisi pasar dengan cepat.
Fleksibilitas semacam ini sangat penting dalam menjaga kinerja bisnis, mirip dengan yang dilakukan Telkom yang berhasil mencapai pendapatan Rp150 triliun dengan kontribusi 75% dari Telkomsel.
Meskipun dianggap kurang sukses secara komersial, iPhone Air mungkin memiliki peran strategis jangka panjang bagi Apple. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa desain ultra-tipis iPhone Air bisa menjadi dasar pengembangan iPhone Fold di masa depan.
Menurut kabar yang hadir di dunia maya, iPhone Fold dapat dikonsep sebagai dua unit iPhone Air yang disatukan.
Namun, pengembangan iPhone Fold sendiri tampaknya masih membutuhkan waktu cukup lama. Setelah sebelumnya diisukan akan diluncurkan tahun depan, beberapa laporan terbaru memprediksi peluncuran baru akan terjadi pada 2027.
Penundaan ini dikabarkan disebabkan oleh Apple yang belum memutuskan desain hinge dan komponen lainnya untuk perangkat foldable tersebut.
Dari sisi review, iPhone Air mendapatkan skor 7,4 dari 10. Beberapa aspek yang dipuji termasuk layar yang “cepat, cerah, dan hidup” serta gaya unik perangkat dengan bodi yang tipis.
Namun, reviewer juga mengkritik speaker mono yang “lemah dan datar”, kamera belakang, serta kecenderungan perangkat menjadi panas.
iPhone Air tersedia dalam empat pilihan warna: Space Black, Cloud White, Light Gold, dan Sky Blue.
Meskipun penjualannya di bawah ekspektasi, kehadiran iPhone Air tetap memberikan pilihan variasi bagi konsumen yang mengutamakan desain tipis dan ringan.
Perkembangan terbaru ini menunjukkan bahwa inovasi desain saja tidak cukup untuk memenangkan pasar smartphone. Konsumen modern lebih memperhatikan keseimbangan antara desain, fitur, dan harga.
Keputusan Apple untuk menyesuaikan produksi berdasarkan respons pasar merupakan langkah bisnis yang tepat dalam menghadapi preferensi konsumen yang terus berkembang.