10 Merek HP Korea Utara yang Jarang Diketahui Publik

11 hours ago 4

Selular.id – Sementara vendor smartphone global seperti Apple, Samsung, dan Huawei mendominasi pasar dunia, Korea Utara justru mengoperasikan ekosistem ponsel dengan merek-merek lokal yang hampir tak terdengar di telinga internasional.

Menurut laporan organisasi nirlaba Lumen, semua vendor ponsel Korea Utara diyakini memproduksi produknya di China, kemudian melabelinya dengan merek lokal setelah disesuaikan desain dan fiturnya.

Praktik ini terjadi karena fasilitas produksi ponsel secara lokal di Korea Utara dinilai kurang memadai.

Setelah diproduksi di China, smartphone tersebut kemudian dilabeli merek Korea Utara.

Akibatnya, tak jarang ponsel yang digunakan warga Korea Utara memiliki kemiripan fisik dengan perangkat di negara lain, meski merek dan fiturnya berbeda.

Perbedaan paling mencolok terletak pada sistem operasi Android yang dimodifikasi secara khusus, terutama dalam aspek keamanan dan pembatasan fitur tertentu.

Modifikasi ini menciptakan lingkungan digital yang terkendali ketat bagi pengguna di negara yang sering dijuluki Hermit Kingdom atau Negeri Para Pertapa tersebut.

Arirang: Merek dengan Pengakuan Langsung dari Pemimpin

Arirang menonjol sebagai salah satu merek ponsel Korea Utara yang dikelola oleh perusahaan Arirang IT dengan kantor pusat di Pyongyang.

Meskipun memiliki fasilitas produksi ponsel di Korea Utara, proses perakitan perangkat ini diyakini tetap dilakukan di China.

Media pemerintah Korea Utara hanya menunjukkan pekerja yang sedang menguji coba perangkat yang sudah dirakit, bukan proses perakitan di pabriknya.

Yang membuat Arirang istimewa adalah pengembangan software yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna lokal, khususnya dalam hal keamanan.

Inovasi ini bahkan mendapat apresiasi langsung dari Presiden Korea Utara Kim Jong Un saat berkunjung ke pabrik.

Beberapa model ponsel Arirang yang beredar antara lain Arirang 1201, Arirang 191, dan Arirang 221. Selain smartphone, perusahaan ini juga memproduksi TV LCD untuk pasar domestik.

Meski demikian, tidak ada rincian resmi mengenai jumlah ponsel yang diproduksi di fasilitas tersebut.

Keberadaan Arirang menunjukkan upaya Korea Utara untuk menciptakan kemandirian teknologi, meski dalam praktiknya masih bergantung pada rantai produksi global.

Dua Merek Lain di Bawah Kendali Konglomerat

Selain Arirang, terdapat dua merek ponsel lain yang dikelola oleh konglomerat bisnis Korea Utara, Madusan Economic Federation.

Perusahaan ini tidak hanya memproduksi ponsel, tetapi juga berbagai perangkat elektronik lainnya.

Keberadaan multiple brand di bawah satu payung konglomerat menunjukkan strategi diversifikasi produk dalam pasar domestik yang terbatas.

Pendekatan ini mirip dengan yang dilakukan Samsung di Korea Selatan, meski dengan skala dan cakupan yang sangat berbeda.

Sementara Samsung menjadi raksasa global, merek-merek Korea Utara ini tetap eksklusif untuk konsumsi dalam negeri.

Kondisi ini memperlihatkan bagaimana politik isolasi Korea Utara membentuk lanskap teknologi yang unik.

Di satu sisi, negara ini perlu mengadopsi teknologi modern, tetapi di sisi lain harus menjaga kontrol ketat terhadap arus informasi dan komunikasi.

Fenomena merek ponsel Korea Utara ini mengingatkan pada kebijakan larangan sewa handphone yang pernah diterapkan di negara tersebut.

Kebijakan-kebijakan tersebut menunjukkan kompleksitas regulasi telekomunikasi di Korea Utara, dimana teknologi dianggap sebagai alat yang perlu dikontrol secara ketat.

Meski terisolasi dari pasar global, industri telekomunikasi Korea Utara terus berkembang dengan caranya sendiri.

Merek-merek lokal ini tidak hanya memenuhi kebutuhan komunikasi warga, tetapi juga menjadi simbol kemandirian teknologi negara tersebut di tengah berbagai pembatasan internasional.

Perkembangan ini terjadi bersamaan dengan dinamika industri teknologi di negara-negara lain, termasuk protes pekerja di Samsung yang menunjukkan kompleksitas berbeda dalam industri teknologi global.

Sementara Korea Utara fokus pada kontrol dan isolasi, negara lain menghadapi tantangan hubungan industrial yang justru semakin terhubung secara global.

Keberadaan merek-merek ponsel Korea Utara ini mungkin tidak akan mengancam dominasi vendor global dalam waktu dekat.

Namun, mereka merepresentasikan bagaimana teknologi dapat berkembang dalam lingkungan yang sangat terkontrol dan terisolasi, menciptakan ekosistem digital yang sama sekali berbeda dengan yang kita kenal.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |