Takut Dimata-matai AS, Pejabat Uni Eropa Dibekali Ponsel dan Laptop Sekali Pakai

1 week ago 12
Situs Warta News Malam Jitu Online

Selular.ID – Pejabat penting Uni Eropa dibekali ponsel dan laptop sekali pakai untuk melawat ke Amerika Serikat (AS). Hal itu dilakukan lantaran mereka takut dimata-matai oleh AS. Perangkat sekali pakai itu disebut ‘burner’, demi menjaga keamanan wilayah Komisi Eropa dari serangan siber.

Peraturan pembekalan perangkat sekali pakai kepada para petinggi Uni Eropa sebelumnya berlaku untuk lawatan ke Tiongkok dan Rusia saja. Namun, aturan ini berlaku kepada pejabat yang menghadiri Springs Meeting International Monetary Fund (IMF) – World Bank 2025, 21 hingga 26 April 2025 di Washington.

Pejabat Uni Eropa yang datang ke acara di Washington tersebut diinstruksikan untuk mematikan ponsel mereka saat di perbatasan. Perangkat mereka kemudian dimasukkan ke dalam wadah khusus yang dirancang agar perangkat tidak bisa dipantau jika sewaktu-waktu ditinggal.

Wadah ini dikenal dengan nama tas ‘Faraday’, yang berfungsi memblokir sinyal elektromagnetik sehingga perangkat tidak bisa diakses secara ilegal.

Baca juga: Bukan InBook, Laptop Infinix XBOOK B15 Segera Edar di Indonesia

Dalam laporan Financial Times, petinggi Uni Eropa memiliki kekhawatiran besar akan terjadi penyadapan di Brussels. Mereka ingin mencegah pembobolan data milik Komisi Eropa oleh mata-mata AS. Penggunaan burner tersebut merupakan hal lazim dan sudah lama dijalani, yang dilakukan negara di Eropa, dengan pejabat yang masuk dalam Komisi Uni Eropa.

Ketegangan Transatlantik

Sikap Uni Eropa kepada AS yang menyamakan kekhawatirannya terhadap Tiongkok dan Rusia, dinilai sebagai bentuk ketegangan Translantik. Itu terjadi usai Presiden AS, Donald Trump kembali menjabat di periode kedua. Mengutip WinFuture, pejabat di Komisi Uni Eropa yang tak disebut namanya bahkan mengatakan, tidak ada lagi organisasi ‘aliansi Transatlantik’.

Penggunaan tas Faraday kepada petinggi Uni Eropa juga bukan tanpa alasan kuat. Sebelumnya, terdapat kasus di mana wisatawan hingga akademisi asal Eropa yang dilarang bepergian ke AS, usai mereka ketahuan berkomentar mengkritik pemerintahan AS. Komentar itu didapati oleh wewenang dari AS usai berhasil menyita ponsel hingga laptop milik warga Eropa yang akan melawat ke AS.

Baca juga: RedMagic 10 Air Resmi, Ponsel Gaming dengan Desain Ramping

Terbaru pada Maret, pemerintah Perancis mengumumkan, ada seorang peneliti asal Prancis yang ditolak masuk ke AS dan langsung dipulangkan ke Prancis. Alasannya, karena mereka pernah mengungkapkan pendapat pribadi tentang kebijakan riset di AS. Para pejabat Komisi Eropa pun diminta untuk memastikan bahwa visa para peneliti itu telah tercantum dalam dokumen diplomatik ‘laissez passer’, bukan dalam paspor nasional mereka.

Kebijakan baru telah diterbitkan Uni Eropa sebelum memberangkatkan petingginya ke AS dengan beberapa lembar rekomendasi perjalanan khusus negara bagi pejabat. Itu dilakukan untuk mengganti tata letak komunikasi dengan AS, di tengah ancaman keamanan siber di Eropa.

Simak berita menarik lainnya dari Selular.id di Google News

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |