China Sukses Produksi Chip 5nm Tanpa Mesin EUV, Pukulan Telak untuk AS

2 hours ago 2

Selular.id – Di tengah sanksi ketat Amerika Serikat yang membatasi akses teknologi semikonduktor canggih, China berhasil mencatat pencapaian penting. Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), produsen chip terbesar di China, dilaporkan berhasil memproduksi chip 5 nanometer (nm) tanpa menggunakan mesin litografi ekstrem ultraviolet (EUV) buatan ASML asal Belanda.

Keberhasilan ini dicapai melalui pendekatan teknis yang tidak biasa. SMIC memanfaatkan teknologi litografi berbasis deep ultraviolet (DUV) yang dipadukan dengan metode Self-Aligned Quadruple Patterning (SAQP). Meskipun lebih rumit dan berisiko tinggi, metode ini terbukti mampu menghasilkan chip 5nm yang fungsional.

Analis semikonduktor William Huo mengungkapkan terobosan SMIC dalam serangkaian tweet di X/Twitter. “Semua orang bilang, ‘Tanpa EUV, tidak ada 5nm.’ Tapi SMIC diam-diam memproduksi Kirin 9000S dan chip 5G dengan proses 7nm, lalu meningkatkan hasil dan kepadatan dengan SAQP. Sekarang mereka mencapai kelas 5nm hanya dengan DUV,” tulis Huo.

Ilustrasi chip buatan China.

Teknologi DUV vs. EUV

DUV dan EUV adalah dua jenis teknologi litografi berbasis cahaya yang digunakan dalam pembuatan chip. Perbedaan utama terletak pada panjang gelombang cahaya yang digunakan. DUV bekerja pada panjang gelombang sekitar 193 nanometer, sedangkan EUV menggunakan panjang gelombang lebih pendek (13,5 nanometer). EUV dianggap lebih unggul karena mampu mencetak fitur lebih halus, memungkinkan produksi chip berukuran lebih kecil.

Namun, akses China ke mesin EUV dibatasi oleh sanksi AS. Sebelumnya, banyak pihak memperkirakan China akan terjebak pada teknologi chip 14nm. Namun, SMIC membalik prediksi tersebut dengan mengoptimalkan teknologi DUV yang tersedia.

Masa Depan Produksi Chip China

SMIC dikabarkan sedang bereksperimen dengan metode yang lebih ekstrem, yaitu Self-Aligned Octuple Patterning (SAOP), untuk memproduksi chip 3nm. Metode ini melibatkan pencetakan pola sirkuit hingga delapan kali, jauh lebih kompleks daripada SAQP yang hanya mencetak empat kali.

Terobosan ini tidak hanya membuktikan ketahanan industri semikonduktor China di bawah tekanan sanksi, tetapi juga berpotensi mengubah peta persaingan global. Seperti diungkapkan dalam analisis sebelumnya, bangkitnya kemampuan produksi chip China bisa menjadi tantangan serius bagi dominasi AS dan sekutunya.

Dengan inovasi ini, China semakin mendekati kemandirian teknologi, meskipun masih menghadapi tantangan dalam hal efisiensi dan skala produksi massal.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |