Selular.ID – Netflix menjadi salah satu perusahaan besar di bidang tekbologi yang sahamnya nyaris tak terdampak dari tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Saat saham perusahaan teknologi raksasa lainnya turun, Netflix justru mengalami peningkatan saham hingga 8% pada awal April 2025.
Para pakar ekonomi di AS mengatakan, Netflix akan menjadi perusahaan streaming paling stabil meski tarif dagang di dunia sedang berlangsung. Banyak alasan mengapa Netflix akan terus memiliki pelanggan berbayar meski ekonomi secara global, khususnya di AS sedang melambat, atau bahkan hampir mengalami resesi.
Pakar ekonomi AS dari perusahaan finansial Edward Jones, Dave Heger mengatakan, alasan kuat Netflix tetap kokoh berdiri karena tarif impor barang tidak berdampak langsung pada layanan streaming.
Meski bisa saja ada penurunan pelanggan saat resesi, dominasi Netflix di industri yang sangat kompetitif membuat sejumlah analis mulai membandingkannya dengan perusahaan Johnson & Johnson versi Silicon Valley. Perusahaan itu adalah perusahaan kebutuhan pokok yang tetap tangguh walau daya beli masyarakat menurun.
Baca juga: Trafik Data Ramadan dan Lebaran 2025, XL Axiata: TikTok Naik, Netflix Turun
Masih menurut Heger, posisi Netflix saat ini mirip dengan layanan TV kabel di AS pada masanya. Layanan TV kabel mulai banyak mengalami pemutusan dari pelanggan saat ekonomi di AS dinilai stagnan.
Saat kondisi ekonomi sulit, banyak orang mungkin berhenti makan di restoran, menonton di bioskop, atau pergi ke konser, tapi tetap menonton TV di rumah. Begitu juga dengan Netflix, orang mungkin masih ingin mencari hiburan menonton di rumah, ketimbang bepergian.
Ancaman resesi yang terus membayangi AS di Wall Street seperti tak memiliki arti di mata Netflix. Netflix tetap memasang target jangka panjang yang ambisius. Perusahaan ini menargetkan untuk melipatgandakan nilai pasar menjadi $1 triliun pada 2030. Netflix percaya mereka bisa menggandakan pendapatan dan melipatgandakan laba operasional dalam waktu lima tahun.
Baca juga: 7% Akun Netflix, Roblox dan Discord Bocor Pakai Email Perusahaan
Menurut Heger, target Netflix terhitung cukup tinggi. Bukan tanpa alasan, saham tahunan perusahaan meningkat hingga 30% setiap tahun, dalam waktu satu dekade terakhir.
“Sulit untuk meremehkan Netflix kalau melihat seberapa besar perannya mengubah industri, dan seberapa besar kesuksesan yang sudah mereka capai,” ujar Heger, mengutip Fortune.
Tetap Waspada
Lebih lanjut Heger menjelaskan, Netflix tetap akan mengambil langkah yang cermat menghadapi tarif impor Trump. Sementara ini, posisi Netflix masih tergolong aman, karena masih bisa mengandalkan pendapatan dari iklan online seperti platform Meta dan Amazon.
Hanya saja, hal itu bisa saja berubah jika negara lain di luas AS, seperti Asia atau Uni Eropa, mulai membalas tarif Trump dengan pajak digital. Bukan tanpa alasan jika kebijakan Trump menimbulkan aksi balas dendam dari negara lain.
Dalam urusan menguat dan melemahnya dolar AS, Netflix juga akan tetap diuntungkan. Pasalnya, melemahnya dolar AS justru membuat Netflix kembali diuntungkan, saat pemasukan bisa mengalir deras dari negara lain.
Baca juga: Harga Berlangganan Terus Naik, Netflix Capai Pendapatan Tertinggi
Netflix tetap bisa diapresiasi karena keberhasilannya dengan berbagai program unggulan yang ditawarkan, termasuk bahasa asing yang diwadahi dalam platform tersebut. Jika Netflix mulai ditinggalkan oleh para pelanggannya, itu hanyalah opsi terakhir yang akan dilakukan konsumen.
Simak berita menarik lainnya dari Selular.id di Google News