Selular.id – Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) akan menaikkan harga chip tercanggihnya mulai Januari 2026.
Langkah ini diprediksi berdampak langsung pada kenaikan harga perangkat yang menggunakan chip tersebut, terutama ponsel.
Kenaikan harga chip ini menandai era persaingan chip AI yang semakin mahal, bukan hanya bagi perusahaan teknologi besar seperti Apple, Nvidia, dan Qualcomm, tetapi juga seluruh ekosistem semikonduktor dunia.
Menurut laporan dari kalangan industri, TSMC telah memberi tahu para klien utamanya sejak September 2025 bahwa harga chip dengan proses manufaktur di bawah 5 nanometer akan naik sekitar 3 hingga 4 persen.
Untuk node paling canggih, kenaikan harga bahkan bisa mencapai hingga 10 persen.
Kenaikan ini tidak hanya berlaku untuk chip yang diproduksi di fasilitas TSMC di Amerika Serikat, tetapi juga secara global, termasuk pabrik-pabrik di Taiwan.
Lonjakan biaya produksi dan permintaan global terhadap chip berperforma tinggi untuk AI dan komputasi super (HPC) menjadi penyebab utama kenaikan harga ini.
Permintaan dari perusahaan Big Tech dan startup AI yang terus meningkat memaksa TSMC memperluas kapasitas produksinya sekaligus menyesuaikan harga untuk menjaga margin keuntungan di tengah investasi besar pada teknologi baru.
Kenaikan Bertahap Hingga 2030
Tidak berhenti pada kenaikan awal tahun depan, chip 2 nanometer (N2P) yang menjadi teknologi terdepan TSMC juga akan mengalami kenaikan harga tahunan selama empat tahun berturut-turut mulai 2026.
Artinya, hingga 2030 mendatang, biaya produksi untuk chip kelas atas berpotensi naik dua digit secara kumulatif.
Perusahaan asal Taiwan itu kini mempercepat produksi node N2P, yang disebut sebagai proses manufaktur paling canggih di dunia, guna memenuhi permintaan dari Apple dan beberapa klien besar lainnya.
Konsentrasi TSMC pada chip di bawah 5 nanometer juga menimbulkan efek domino.
Banyak sumber daya, mulai dari tenaga kerja hingga peralatan produksi, kini dialihkan dari proses yang lebih tua seperti 6nm dan 7nm.
Akibatnya, produksi chip untuk kelas menengah dan perangkat non-AI berpotensi ikut tersendat.
Dampak pada Harga Ponsel
Jika prediksi analis terbukti, para pembuat chip terbesar dunia akan menghadapi lonjakan biaya yang signifikan dalam dua tahun ke depan.
Dalam jangka panjang, kenaikan harga ini hampir pasti akan diteruskan ke pasar, membuat produk elektronik konsumen, dari ponsel hingga laptop, menjadi lebih mahal.
Gelombang besar AI memang menjanjikan masa depan baru industri semikonduktor, tetapi bagi banyak pemain, harga untuk tetap berada di garis depan kini semakin mahal.
Kenaikan harga chip ini akan berdampak pada berbagai segmen ponsel, termasuk perangkat kelas menengah yang selama ini mengandalkan chip dengan proses manufaktur lebih tua.
Produsen ponsel mungkin akan meneruskan kenaikan biaya komponen ini kepada konsumen, mirip dengan yang terjadi pada beberapa model ponsel yang harganya tetap stabil namun berpotensi berubah di masa depan.
Perubahan lanskap industri semikonduktor ini juga akan mempengaruhi persaingan di pasar ponsel gaming.
Perangkat seperti Nubia Redmagic 11 Pro+ yang menguasai daftar HP Android terkencang mungkin akan menghadapi tantangan dalam menjaga harga kompetitif sambil mempertahankan performa tinggi.
Sementara itu, regulasi pemerintah juga turut mempengaruhi ekosistem teknologi digital Indonesia.
Seperti yang tercermin dalam target PNBP komdigi 2025 sebesar Rp25,25 triliun, berbagai faktor termasuk harga komponen elektronik akan mempengaruhi dinamika pasar teknologi dalam negeri.
Dengan kenaikan harga chip yang diprediksi berlangsung hingga 2030, konsumen perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan kenaikan harga perangkat elektronik, terutama ponsel, dalam beberapa tahun mendatang.
Industri teknologi global kini berada pada titik balik dimana inovasi AI harus diimbangi dengan pertimbangan ekonomi yang matang dari seluruh pemain di ekosistem semikonduktor.
































