Tradisi Mandi Safar di Pulau Penyengat: Menjaga Warisan Budaya Melayu

3 weeks ago 10

Kepritoday.com – Bertepatan dengan 26 Safar 1447 H, masyarakat Pulau Penyengat, Tanjungpinang, kembali menggelar tradisi tahunan Mandi Safar dan Doa Selamat di Balai Kelurahan Penyengat. Upacara ini menjadi wujud syukur sekaligus upaya pelestarian warisan budaya Melayu yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Dalam prosesi tersebut, Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Raja Ariza, turut memandikan anak-anak sebagai simbol penerusan tradisi dan harapan agar kota serta warganya terhindar dari hal-hal buruk atau tolak balak. Prosesi ini menggunakan air sumur yang dicampur, disertai doa, papan tolak balak, dan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, mencerminkan nilai spiritual dan budaya yang kental.

Raja Ariza memberikan apresiasi kepada pengurus Masjid Raya Sultan Riau Penyengat atas dedikasinya dalam menjaga warisan budaya tak benda Kota Tanjungpinang. “Masih banyak adat dan tradisi lokal yang perlu dilestarikan agar budaya Melayu terus hidup,” ujarnya. Ia berharap tradisi Mandi Safar terus digelar dan diusulkan sebagai warisan budaya tak benda ke pemerintah pusat.

“Tradisi ini juga menjadi kesempatan untuk menggali kembali berbagai warisan budaya, termasuk adat perkawinan Melayu, agar tetap terpelihara untuk generasi mendatang,” tambah Raja Ariza.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, Juramadi Esram, menegaskan bahwa Mandi Safar merupakan bentuk syukur sekaligus upaya menjaga warisan nenek moyang. “Pulau Penyengat dikenal sebagai pusat peradaban Melayu yang sarat nilai budaya dan spiritual. Ritual ini menjadi wujud syukur sekaligus komitmen untuk menjaga tradisi agar tetap lestari,” ujarnya.

Juramadi juga menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi Kepri mendukung penuh pelestarian adat dan tradisi lokal seperti Mandi Safar, yang diyakini sebagai bagian dari identitas bangsa. “Saya mengajak masyarakat menjadikan momentum ini untuk mempererat silaturahmi sekaligus menjaga Pulau Penyengat yang kaya sejarah dan budaya religius,” tutupnya.

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Sekretaris Camat Tanjungpinang Kota, Raja Muhammad Ruslan; Lurah Penyengat, Candra Agung Lukita; Ketua Umum Pengurus Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, Raja Al Hafis; serta tokoh masyarakat dan warga setempat. Kehadiran mereka menunjukkan semangat kebersamaan dalam menjaga warisan budaya.

Tradisi Mandi Safar telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di berbagai kabupaten dan kota di Kepulauan Riau. Ritual ini tidak hanya mencerminkan nilai spiritual, tetapi juga menjadi pengingat akan kekayaan budaya Melayu yang harus terus dijaga. Dengan komitmen bersama, Pulau Penyengat sebagai pusat peradaban Melayu diharapkan terus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dalam melestarikan identitas budaya bangsa.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |