Sering di Bilang Nakal? Bisa Jadi Anak Anda Perlu Pemahaman, Bukan Hukuman

3 weeks ago 16
Situs Buletin Live Siang Viral Non Stop

Oleh: Nova Eliza ZA

Ketika seorang anak terus-menerus bergerak, sulit duduk diam di kelas, tidak menyelesaikan tugas, serta sering memotong pembicaraan, banyak orang tua dan guru yang akan langsung melabelinya sebagai “nakal”. “bandel”, atau bahkan “pembangkang”. Tapi, tahukah Anda, bahwa anak-anak yang berperilaku seperti ini tidak selalu bermasalah karena kurang dididik. Bisa jadi, mereka sedang berjuang dengan kondisi yang disebut Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

ADHD bukan istilah asing di dunia pendidikan dan kesehatan mental. Namun, di banyak daerah, terutama di Aceh, pemahaman masyarakat masih minim. Stigma negatif pun terus melekat pada anak-anak ini. Padahal, jika ditangani dengan tepat, anak dengan ADHD tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan berdaya saing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kesulitan memperhatikan (inatensi), perilaku impulsif, dan hiperaktivitas. Gangguan ini bisa muncul sejak usia dini dan terus berlanjut jika tidak ditangani. Menurut Kementerian Kesehatan RI, ADHD bukan sekedar perilaku “nakal” yang bisa dihentikan dengan marah atau hukuman. Ini adalah kondisi medis yang memerlukan pendekatan ilmiah dan empati.

ADHD memiliki tiga jenis utama: tipe inatensi (tidak fokus), hiperaktif-impulsif, dan kombinasi keduanya. Gejala-gejala umum yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kesulitan mempertahankan perhatian dalam waktu lama
2. Tidak mengikuti instruksi dengan baik, sering gagal dalam menyelesaikan tugas
3. Tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung
4. Tidak bisa duduk tenang terlalu lama
5. Sering menyela atau memotong pembicaraan orang lain
6. Sulit menunggu giliran
7. Bertindak tanpa berpikir (impulsif)

Jika anak Anda menunjukkan gejala seperti yang disebutkan, sebaiknya konsultasikan segera dengan Psikolog atau Dokter Anak. Diagnosis ADHD tidak bisa dilakukan sembarangan, dan penting agar orang tua tidak main tebak tebakan sendiri.

Urusan ADHD bukan hanya tanggung jawab guru atau terapis. Orang tua adalah aktor utama dalam mendukung perkembangan anak. Masalahnya, banyak orang tua tidak menyadari bahwa ini adalah tanda ADHD. Dianggapnya anak malas, keras kepala dan tidak menghargai orang sekitar.

Tanpa penanganan, ADHD bisa membawa dampak serius. Anak bisa mengalami kesulitan akademis (nilai buruk, putus sekolah), masalah dalam hubungan sosial, perkembangan emosi terganggu, risiko kecanduan zat atau kriminalitas saat dewasa.

Sayangnya, banyak anak ADHD tumbuh dalam lingkungan yang menstigma mereka, tanpa tahu bahwa mereka sesungguhnya butuh pertolongan.
“Jangan bandingkan anak ADHD dengan anak-anak lain.” Kata Psikolog Anak, Dr. Bunga Ayu, S.Psi, dalam forum Parenting IDN Times.

Menghadapi anak dengan ADHD memang tidak mudah. Dibutuhkan kesabaran ekstra dan strategi yang tepat. Beberapa langkah yang disarankan oleh para ahli yaitu:
1. Bangun rutinitas. Anak ADHD akan merasa lebih tenang jika mereka tahu apa yang harus dilakukan setiap waktu. Buat rutinitas harian dan konsisten.
2. Gunakan reinforcement positif. Daripada memarahi saat mereka salah, lebih baik beri pujian saat mereka melakukan hal baik. Ini akan mendorong perilaku positif berulang.
3. Komunikasi sederhana dan jelas. Gunakam instruksi pendek dan satu arah. Misalnya “Tolong ambilkan buku” alih alaih “Kamu belum ambil buku? Ayo dong, udah disuruh dari tadi”.
4. Jangan gunakan kekerasan. Hukuman fisik atau teriakan justru akan memperparah kondisi. Anak bisa merasa tidak dicintai dan semakin sulit dikendalikan.
5. Libatkan profesional. Jika gejala terus mengganggu keseharian, segera konsultasikan ke Psikolog atau Psikiater anak. Terapi perilaku kognitif, permainan edukatif, dan bahkan pengobatan tertentu bisa sangat membantu.

Sudah saatnya masyarakat Aceh dan Indonesia secara luas, mulai membuka mata. ADHD bukan “nakal”, bukan “keras kepala”, bukan “kurang ajar”. Ini adalah kondisi neurologis yang nyata dan memerlukan pemahaman serta cinta. Daripada menyalahkan, marah, atau membandingkan, mari kita hadir sebagai pelindung dan pembimbing. Karena anak-anak ADHD juga punya potensi besar. Mereka hanya membutuhkan cara yang berbeda untuk berkembang.

Akhir kata, jika anak Anda sering di bilang “nakal”, mungkin itu waktunya untuk berhenti marah dan mulai bertanya “Apa yang sebenarnya anak saya rasakan?”. Sebab, di balik sikap yang dianggap merepotkan, ada dunia yang sedang mereka perjuangkan untuk dipahami.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |