BIREUEN|METRO ACEH-Berbagai kejanggalan dan buruknya pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Fauziah Bireuen, jadi temuan saat inspeksi mendadak (sidak) Bupati Bireuen, H Mukhlis ST yang berkunjung ke rumah sakit plat merah itu, Senin (2/6).
Pada kesempatan itu, H Mukhlis ST didampingi Ketua DPRK Bireuen, Juniadi SH dan Pj Sekdakab, Hanafiah SP CGCAE menemukan sejumlah alat kesehatan (Alkes) bernilai miliaran rupiah, tidak berfungsi karena persoalan belum memiliki ijin.
Kondisi tersebut, membuat bupati sangat kecewa karena pengadaan alkes ditengarai tidak tepat sasaran, serta terkesan dipaksakan hanya demi mendapat keuntungan pribadi dari cash back yang diberikan oleh distributor alkes.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT

“Bagaimana RSU dr Fauziah ini merugi, semua tenaga medis ditanggung pemerintah, bangunan dan infrastruktur sebagian besar juga dibiayai. Tetapi, obat-obatan saja tidak mampu disediakan secara maksimal karena dalih tidak cukup uang, sementara alkes dipaksakan dibeli meski ujung-ujungnya tidak dapat berfungsi karena alasan belum ada ijin,” ungkap H Mukhlis dengan nada kesal.
Akibat persoalan keuangan yang melilit rumah sakit pemerintah ini, maka Bupati memerintahkan Inspektorat melakukan audit investigasi terhadap RSU dr Fauziah Bireuen, sehingga hutang piutang secara turun temurun tidak menjadi warisan buruk bagi pejabat baru yang kelak dipercayai memimpin rumah sakit tersebut.
Padahal sebut H Mukhlis, RSU dr Fauziah sebagai salah satu instansi pemerintah daerah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) memiliki otoritas penuh, dalam mengelola keuangan dan tidak diwajibkan menyetor PAD namun hanya tercatat sebagai pemasukan daerah.
“Kami heran mengapa BLUD terus merugi, kalah dengan RS swasta yang terus tumbuh sehat dan semakin berkembang, padahal pendapatannya sama-sama dari BPJS dengan standar yang sama,”tegasnya.
H Mukhlis menandaskan, berdasarkan laporan warga dan hasil pantauan langsung, diketahui pelayanan RSU dr Fauziah Bireuen tertinggal jauh dari RS swasta, meski selama ini mendapatkan suntikan pemerintah, namun tertunggak hutang lebih Rp 20 miliar lebih. Hal ini, perlu menjadi catatan penting untuk segera dibenahi agar tidak kolaps, karena gali lubang tutup lubang serta tak terdukung perencanaan yang baik.
“Saat ini kami sedang berfikir keras dan terus berusaha mencari solusi atas efesiensi anggaran yang diterapkan secara nasional. Pembelanjaan harus memiliki prioritas, serta benar-benar bisa bermanfaat bagi kepentingan publik. Selain juga terus menggenjot PAD, maka dari itu saya minta semua harus mendukung pembiayaan yang efektif dan efesien di seluruh instansi pemerintah daerah,” harapnya.
Pantauan media ini, H Mukhlis bersama rombongan berjalan kaki dari pendopo bupati ke RSU dr Fauziah yang berjarak sekitar 500 meter. Lalu, melihat langsung pelayanan IGD dan berbincang dengan pasien dan keluarga terkait pelayanan yang tidak optimal, lalu menuju ruang radiologi. Setelah berkomunikasi dengan para petugas, kemudian meninjau ruang radiologi dan menemukan alkes jenis Flouroscopybernilai miliaran terbengkalai.
Lalu, Bupati juga masuk ke ruang OCCA untuk melihat satu unit alkes jenis C-arm yang dibeli tahun lalu, namun tidak berfungsi karena alasan belum ada ijin. Melihat kondisi itu, H Mukhlis mengaku sangat kecewa dan berjanji segera mengevaluasi manajemen RSU sr Fauziah ini.
Sidak diakhiri dengan pertemuan dan silaturahmi bersama para pegawai RSU sr Fauziah di aula, pada kesempatan itu seluruh jajaran medis dan non medis diminta agar mampu bekerja ikhlas, memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang butuh pelayanan kesehatan. (Bahrul)