Puluhan Pelajar di Agam Keracunan Diduga dari Menu MBG

1 month ago 22

Kepritoday.com – Puluhan pelajar di Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami gejala keracunan. Mereka terdiri dari anak-anak tingkat TK hingga SD, seorang guru, dan satu lansia. Dugaan sementara, keracunan bersumber dari menu makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan oleh dapur penyedia di Nagari Kampuang Tangah.

Data sementara mencatat 34 korban mendapat perawatan di tiga lokasi. Puskesmas Manggopoh menerima 20 orang, RSUD Lubuk Basung menangani 9 pasien, sementara RSIA Rizky Bunda merawat 5 korban. Jumlah tersebut berpotensi bertambah karena dapur MBG Kampuang Tangah melayani 57 sekolah dengan total lebih dari 3.654 siswa di wilayah Lubuk Basung.

Sekretaris Daerah Kabupaten Agam, Mhd Lutfi, bersama Kepala Dinas Kesehatan, Hendri Rusdian, langsung memantau kondisi korban di RSUD Lubuk Basung. Lutfi menyebut investigasi awal mengarah pada nasi goreng yang disajikan sebagai menu MBG hari itu. Seorang lansia yang merupakan orangtua salah satu guru juga dilaporkan mengalami keracunan setelah menyantap makanan serupa. Lima sekolah yang berada dalam jangkauan dapur MBG Kampuang Tangah tercatat sebagai wilayah terdampak.

Menurut Lutfi, gejala yang dialami korban muncul setelah waktu makan siang. Anak-anak mengalami mual, muntah, hingga pusing, sebelum kemudian dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Pemerintah daerah segera melokalisir penyebaran kasus agar tidak menjalar ke sekolah lain. Uji sampel makanan pun dilakukan untuk memastikan penyebab pasti.

Pemerintah Kabupaten Agam menegaskan ini adalah kasus pertama keracunan massal akibat program MBG. Sebelumnya, dapur MBG di daerah ini cukup rutin menyalurkan makanan bergizi ke sekolah-sekolah. Di Lubuk Basung sendiri terdapat dua dapur aktif, yakni di Kampuang Tangah dan Siguhuang. Dapur Kampuang Tangah melayani jumlah sekolah lebih besar sehingga menjadi fokus utama penyelidikan.

Program makanan bergizi gratis sejauh ini dianggap membantu banyak siswa, terutama dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Makanan disediakan setiap hari dan beragam menunya, sehingga bisa menambah asupan gizi harian anak. Sistem distribusi menggunakan dapur sentral memungkinkan pengawasan jumlah produksi serta pemerataan distribusi ke sekolah.

Namun, peristiwa ini mengungkap kelemahan besar dalam rantai distribusi. Dengan ribuan porsi diproduksi dalam satu waktu, kualitas bahan dan higienitas dapur menjadi sangat krusial. Jika ada satu bahan yang terkontaminasi, risiko menyebar ke ribuan penerima manfaat sangat tinggi.

Selain itu, kapasitas dapur besar juga menimbulkan tantangan. Pekerja dapur harus mampu menjaga standar kebersihan, penyimpanan, hingga pengolahan dengan baik. Dalam kasus ini, nasi goreng yang diduga penyebab keracunan mungkin terkontaminasi saat proses penyimpanan atau pengolahan massal.

Perbandingan dengan dapur MBG lain di wilayah berbeda menunjukkan hasil berbeda. Beberapa dapur melaporkan keberhasilan menjalankan program tanpa kasus serius karena pengawasan lebih ketat. Namun di Kampuang Tangah, kasus ini justru memperlihatkan rapuhnya sistem jika kontrol mutu tidak maksimal.

Meski demikian, manfaat program MBG tetap diakui banyak pihak. Orangtua murid terbantu, anak-anak mendapat asupan bergizi, dan sekolah memiliki tanggung jawab lebih ringan soal konsumsi. Tetapi, pemerintah kini dituntut memperketat standar produksi, termasuk uji sampel rutin dan sertifikasi dapur, agar insiden serupa tidak terulang.(Emdewe)

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |