Kebijakan Trump Picu Kelangkaan dan Kenaikan Harga Gadget

6 hours ago 6

Selular.id – Konsumen teknologi di Amerika Serikat (AS) menghadapi situasi sulit dengan harga gadget yang melambung tinggi dan ketersediaan produk yang semakin langka. Penyebab utamanya adalah kebijakan tarif impor yang diterapkan pemerintahan Trump, yang memicu ketidakpastian di kalangan perusahaan teknologi.

IFA 2025 di Berlin menjadi bukti nyata, di mana banyak perusahaan enggan mengungkap harga dan rencana distribusi produk mereka ke AS. Microsoft dan Asus, misalnya, sama-sama menolak memberikan informasi harga untuk handheld Xbox yang sangat dinantikan.

Padahal, perangkat ini diharapkan dapat bersaing dengan Steam Deck dan perangkat sejenis lainnya. Bukan hanya mereka, banyak perusahaan lain di ajang IFA 2025 memilih diam soal harga, seolah takut menghadapi kenyataan bahwa produk mereka akan jauh lebih mahal daripada sebelumnya.

Tarif impor Trump tidak hanya berdampak pada harga, tetapi juga pada ketersediaan produk. DJI, perusahaan drone ternama, secara efektif “dilarang lembut” untuk mengimpor produknya ke AS. Akibatnya, kamera 360 derajat terbaru mereka, Osmo 360, tidak dapat dibeli oleh konsumen AS meskipun sudah diluncurkan secara global.

DJI Osmo 360 tidak tersedia untuk pembeli AS

Roborock, perusahaan yang dikenal dengan produk pembersih otomatisnya, juga memutuskan untuk tidak membawa beberapa produk terbaru—seperti robot pemotong rumput dan mesin cuci-pengering hybrid—ke AS dalam waktu dekat.

Padahal, AS adalah pasar terbesar untuk pemotong rumput di dunia. Keputusan ini jelas merupakan pukulan bagi konsumen yang mengandalkan inovasi teknologi untuk kehidupan sehari-hari.

Bahkan perusahaan yang masih berencana meluncurkan produk di AS enggan memberikan perkiraan harga. TCL, misalnya, menolak mengungkap harga TV QM9K mereka yang seharusnya diluncurkan dalam sebulan. Padahal, TCL dikenal sebagai merek TV dengan harga terjangkau—jika mereka enggan bicara harga, bagaimana dengan merek premium?

TV TCL QM9K masih tanpa harga jelas

Pasar PC dan handheld juga terkena dampak serius. Lenovo meluncurkan Legion Go 2 dengan layar OLED yang menjanjikan, tetapi harganya jauh lebih tinggi daripada pendahulunya. Versi dasar dijual seharga $1.050, sementara varian dengan prosesor AMD Ryzen Z2 Extreme mencapai $1.350. Bandingkan dengan Legion Go pertama yang diluncurkan pada akhir 2023 dengan harga $700.

Lenovo Legion Go 2 hadir dengan harga lebih tinggi

Kenaikan harga sebesar ini tentu saja membuat banyak calon pembeli mengurungkan niat. Apalagi, performa yang ditawarkan tidak selalu sebanding dengan kenaikan harganya. Handheld lain, seperti yang diproduksi Acer, bahkan belum memiliki kepastian ketersediaan di AS. Nitro Blaze 7 dan 11 sudah dijual di Asia, Eropa, dan Timur Tengah, tetapi Acer menyatakan belum ada update untuk pasar AS.

Acer Swift 16 Air masih misteri dari segi harga

Respons Perusahaan Teknologi

Bagaimana perusahaan teknologi menghadapi situasi ini? Sebagian memilih strategi “tunggu dan lihat”, berharap kebijakan Trump akan berubah atau setidaknya tidak semakin memburuk. Beberapa perusahaan, seperti Intel dan NVIDIA, memilih untuk bernegosiasi—bahkan jika itu berarti harus menyerahkan sebagian kepemilikan atau menerima tuntutan yang tidak menguntungkan.

Intel, misalnya, harus menerima akuisisi 10% saham oleh pemerintah AS sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengurangi dampak tarif. Sementara NVIDIA, melalui CEO Jensen Huang, telah bergabung dengan para CEO lainnya yang bersuara keras terhadap kebijakan tarif Trump. Jensen Huang menyatakan kekhawatirannya bahwa kebijakan ini justru dapat memperkuat pesaing seperti China di bidang AI.

Namun, tidak semua perusahaan mau atau mampu melakukan hal yang sama. Bagi mereka, lebih baik menghindari pasar AS sama sekali daripada harus berurusan dengan ketidakpastian dan biaya tambahan yang signifikan. Akibatnya, konsumen AS semakin sulit mendapatkan akses ke produk-produk teknologi terbaru dan paling inovatif.

Dampak Global dan Masa Depan

Dampak kebijakan tarif Trump tidak hanya dirasakan oleh perusahaan AS. Kebijakan tarif timbal balik yang mungkin diterapkan oleh negara lain dapat memengaruhi ekonomi digital global, termasuk Indonesia. Bahkan perusahaan seperti Apple dan Samsung yang sebelumnya dominan di pasar AS kini menghadapi tantangan serius.

Bagi konsumen di luar AS, situasi ini mungkin masih terasa normal—produk terbaru masih bisa dinikmati dengan harga yang wajar. Namun, waspada diperlukan karena kebijakan serupa bisa saja diterapkan di negara lain. Tarif impor mungkin terlihat seperti kebijakan yang hanya memengaruhi perusahaan, tetapi pada akhirnya, konsumenlah yang paling merasakan dampaknya.

Harga yang lebih tinggi, produk yang langka, dan inovasi yang terhambat—inilah masa depan teknologi di bawah kebijakan perdagangan Trump, setidaknya untuk saat ini. Perkembangan selanjutnya akan sangat bergantung pada respons perusahaan dan kemungkinan perubahan kebijakan di masa mendatang.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |