Lonjakan Transaksi Digital Nataru 2025 Diproyeksi Tembus 50%

6 hours ago 4

Selular.id – Momentum libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026 diperkirakan menjadi katalis kuat bagi pertumbuhan ekonomi digital nasional. Sejalan dengan mobilisasi masyarakat yang diproyeksi mencapai 119,5 juta orang, volume transaksi sistem pembayaran diproyeksi melonjak lebih dari 50% secara tahunan.

Estimasi total transaksi selama periode puncak liburan bisa mencapai 90 juta transaksi.

Optimisme ini disampaikan dalam Forum Link Nataru 2025/2026, forum tahunan yang diselenggarakan oleh PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin). Forum tersebut mempertemukan seluruh anggota Jaringan Link untuk menyelaraskan kesiapan infrastruktur pembayaran nasional dalam menghadapi lonjakan transaksi akhir tahun.

Data Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan yang menjadi acuan menunjukkan sekitar 42,01% populasi atau 119,5 juta penduduk akan melakukan perjalanan, naik 2,71% dari periode sebelumnya.

Direktur Utama PT Jalin Pembayaran Nusantara, Ario Tejo Bayu Aji, menilai korelasi antara mobilisasi fisik dan lonjakan transaksi digital semakin erat.

“Kami melihat pemulihan daya beli yang signifikan di akhir tahun 2025. Seiring meningkatnya mobilitas masyarakat, transaksi digital diperkirakan terkonsentrasi pada sektor-sektor yang mendukung aktivitas selama perjalanan, seperti food & beverage (F&B), akomodasi, transportasi, dan ritel,” ungkap Ario.

Menariknya, adopsi digital yang semakin matang ditandai dengan proyeksi dominasi QRIS yang mencapai sekitar 80% dari total lonjakan volume transaksi tersebut.

Kesiapan Infrastruktur Digital dan Fisik Menjadi Kunci

Meski transaksi nontunai kian mendominasi, ketersediaan uang tunai tetap dinilai sebagai elemen penting, khususnya di wilayah transit, tujuan wisata, dan perlintasan antarkota. Menyikapi hal ini, kesiapan layanan yang ditopang jaringan fisik menjadi fokus utama.

Periode siaga operasional atau Posko Nataru telah ditetapkan mulai 20 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026, dengan puncak transaksi diperkirakan terjadi pada malam pergantian tahun, 31 Desember 2025.

Direktur Operasional Jalin, Argabudhy Sasrawiguna, menjelaskan strategi kesiapan mereka. “Infrastruktur fisik tetap relevan di tengah akselerasi digital. Kami memastikan kesiapan titik layanan penarikan tunai melalui pengelolaan jaringan ATM Himbara—BRI, BNI, Bank Mandiri, dan BTN—yang terhubung melalui ATM Link, agar tetap optimal,” jelas Arga.

Fokusnya adalah menjaga stabilitas layanan di semua kanal, baik digital maupun jaringan ATM, di tengah lonjakan trafik yang masif. Business Continuity Management (BCM) juga disiapkan untuk diaktifkan jika diperlukan.

Kesiapan serupa untuk memastikan likuiditas tunai juga pernah dilakukan oleh pelaku industri perbankan pada periode Nataru sebelumnya, seperti yang dilakukan Bank Mandiri yang menyiapkan uang tunai mencapai Rp 23,2 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa antisipasi lonjakan kebutuhan masyarakat selama liburan panjang telah menjadi perhatian bersama dalam ekosistem keuangan.

Waspadai Ancaman Kejahatan Siber di Tengah Lonjakan Transaksi

Selain kesiapan kapasitas operasional dan teknologi, Forum Link tahun ini juga menyoroti peningkatan risiko kejahatan siber seiring melonjaknya transaksi digital pada periode puncak liburan.

Potensi penipuan atau fraud, khususnya melalui modus social engineering yang kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), dinilai semakin adaptif dan membutuhkan penanganan kolektif dari seluruh pelaku industri.

Menyikapi tantangan ini, Jalin memperkuat sistem pengamanan melalui implementasi Fraud Management System (FMS) untuk memantau anomali transaksi secara real-time.

Kolaborasi ekosistem juga didorong melalui pertukaran insight industri terkait tren dan modus fraud terkini. Pendekatan keamanan yang komprehensif ini menjadi tema diskusi panel dalam forum bertajuk “Enhancing Transaction Security in the Age of AI Threats”.

Diskusi tersebut menegaskan pentingnya kolaborasi lintas industri antara bank, fintech, dan regulator. Perspektif dari berbagai pihak, termasuk perwakilan dari BTN dan ShopeePay, dibahas untuk mencari keseimbangan antara perlindungan sistem dan kenyamanan pengguna.

Tren peningkatan transaksi digital yang signifikan ini sejalan dengan catatan pertumbuhan industri perbankan digital dalam beberapa tahun terakhir, seperti yang tercermin dari laporan nilai transaksi digital banking yang menguat di 2022, serta kinerja keuangan positif yang terus dicapai oleh beberapa bank, contohnya CIMB Niaga yang mencatat laba sebelum pajak konsolidasi mencapai Rp8,4 triliun pada awal 2024, melanjutkan kinerja serupa di tahun 2023.

Proyeksi pertumbuhan transaksi lebih dari 50% selama Nataru 2025/2026 ini tidak hanya menjadi indikator pemulihan ekonomi dan daya beli masyarakat, tetapi juga bukti matangnya adopsi sistem pembayaran digital di Indonesia.

Pergeseran fundamental cara bertransaksi, dengan QRIS sebagai primadona, menunjukkan bahwa ekonomi digital nasional semakin resilien dan siap menghadapi momen-momen lonjakan permintaan, dengan catatan bahwa keamanan dan stabilitas sistem harus terus dijaga melalui kolaborasi seluruh pemangku kepentingan.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |