Nabire, 21 Oktober 2025 – Gubernur Papua Tengah, Meki Nawipa, menegaskan pentingnya kejujuran, integritas, dan pembenahan sistem data pendidikan dalam membangun masa depan sumber daya manusia di Papua Tengah.
Hal itu disampaikan dalam sambutannya saat membuka kegiatan Pembekalan Guru Mapega Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang digelar di Ballroom Kantor Gubernur Papua Tengah, Selasa (21/10/2025).
Dalam pidatonya yang penuh semangat, Gubernur Meki Nawipa menyoroti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua Tengah yang masih berada di angka 60,44 pada tahun 2024, naik tipis dari 59,8 pada tahun sebelumnya. Menurutnya, angka tersebut menunjukkan masih perlunya kerja keras dan kesungguhan semua pihak untuk memperbaiki kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat.
“Kalau kita belum sampai di atas 70, berarti kita harus kerja keras. Naikkan IPM itu tidak semudah yang kita harapkan. Tapi saya percaya, dengan program Mapega, IPM kita akan naik,” ujar Gubernur.
Ia juga menyoroti angka harapan hidup masyarakat Papua Tengah yang masih rendah — sekitar 65 tahun untuk laki-laki dan 68 tahun untuk perempuan. Menurutnya, hal itu menjadi cerminan pola hidup yang perlu diperbaiki oleh masyarakat, termasuk para guru.
“Kalau jadi guru, harus hidup baik, berpakaian rapi, mandi, tidur cukup. Supaya umur panjang. Jepang bisa 80–90 tahun, kita baru 65 sudah stroke. Jadi mulai sayang diri, sayang orang tua,” tegasnya disambut tawa peserta.
Lebih lanjut, Meki Nawipa menyoroti persoalan serius terkait manipulasi data pendidikan (DAPODIK) di sejumlah sekolah di wilayah Papua Tengah, yang menurutnya dilakukan oleh sebagian operator dan kepala sekolah demi keuntungan pribadi dari dana BOS.
“Saya mau tanya, kamu mau orang Papua ditipu terus atau tidak? Kita harus rapikan kali ini. Operator main, kepala sekolah main — itu kita harus lawan. Kita jadi guru, jadi sarjana untuk tolong orang Papua, bukan tipu orang Papua,” tegasnya.
Untuk itu, Gubernur berencana menerapkan sistem pendataan berbasis koordinat (GPS) di setiap rumah siswa agar data pendidikan lebih akurat dan tidak bisa dimanipulasi.
“Setiap distrik akan punya dua orang untuk ambil koordinat rumah siswa. Kita kasih kode GPS, supaya bisa cek langsung lewat Google Earth. Tanpa data, kita tidak bisa bereskan masa depan pendidikan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Meki Nawipa juga menegaskan bahwa guru-guru Mapega merupakan tanggung jawab langsung Gubernur, bukan Bupati, karena program ini merupakan inisiatif khusus Pemerintah Provinsi Papua Tengah.
“Guru Mapega itu bosnya langsung saya, Gubernur. Jadi kalau bupati atau kepala sekolah suruh hal yang salah, jangan dengar. Ini program untuk tolong orang Papua, bukan untuk main data,” katanya dengan nada tegas.
Ia menambahkan, pembenahan pendidikan di Papua Tengah harus dimulai dari kejujuran dan tanggung jawab pribadi.
“Kalau kita orang Papua sendiri tidak jujur, bagaimana kita mau tolong orang lain? Cukup sampai di kita. Anak-anak kita nanti harus lebih baik dari kita,” ucapnya.
Di akhir sambutannya, Gubernur Meki Nawipa berpesan kepada para guru agar melayani dengan hati, bekerja dengan integritas, dan menjadikan pendidikan sebagai cahaya yang menerangi daerah-daerah tertinggal.
“Papua Tengah Terang harus mulai dari cahaya kecil — dari pinggiran, dari belakang gunung, dari pesisir. Kita harus punya hati melayani. Terang itu akan datang kalau kita jujur dan punya komitmen,” tutupnya.
Melalui pesan penuh refleksi tersebut, Gubernur Papua Tengah berharap agar seluruh tenaga guru daerah 3T menjadi pelopor perubahan nyata dalam membangun masa depan pendidikan yang bersih, jujur, dan berintegritas bagi generasi Papua Tengah.
[Nabire.Net/Musa Boma]