Google Translate Makin Pintar, Pahami Slang dan Nuansa Bahasa

1 week ago 16

Selular.id – Google terus meningkatkan kemampuan aplikasi terjemahannya dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan Gemini. Fitur terjemahan teks kini diklaim lebih alami dan akurat, terutama untuk frasa dengan makna yang bernuansa, termasuk istilah slang dan ungkapan sehari-hari. Pembaruan ini pertama kali diluncurkan di Amerika Serikat dan India, menerjemahkan antara bahasa Inggris dan hampir 20 bahasa lain seperti Jerman, Spanyol, Mandarin, dan Arab.

Menurut Google, pendekatan baru ini memungkinkan Google Translate untuk mempertimbangkan konteks dan ekspresi kolokial, alih-alih hanya memberikan terjemahan harfiah yang terkadang kurang membantu. Dengan demikian, hasil terjemahan diharapkan lebih mencerminkan makna yang dimaksud dalam percakapan sehari-hari. Fitur ini tersedia di aplikasi Translate untuk iOS, Android, serta versi web.

Selain terjemahan teks, kemampuan speech-to-speech atau terjemahan ucapan langsung juga mendapat peningkatan signifikan. Pengguna kini dapat mendengarkan terjemahan secara real-time di headphone mereka, mirip dengan fungsi yang ada pada Apple AirPods Pro. Google menyebut fitur yang masih dalam tahap beta ini berusaha mempertahankan “nada, penekanan, dan irama” setiap pembicara, sehingga arah percakapan dan siapa yang berbicara menjadi lebih mudah dipahami.

Fitur terjemahan ucapan real-time ini bekerja dengan berbagai jenis headphone dan mendukung lebih dari 70 bahasa. Saat ini, beta tersedia untuk pengguna Android di AS, dengan rencana kehadiran di iOS pada tahun depan. Pembaruan ini menegaskan komitmen Google dalam menghadirkan alat komunikasi lintas bahasa yang lebih mulus dan kontekstual, sebuah langkah maju dari fungsi terjemahan langsung di headphone yang sebelumnya telah diperkenalkan.

Duolingo Bersaing dengan Fitur Belajar Bahasa AI

Google juga memperkuat alat pembelajaran bahasa berbasis AI di dalam Translate, yang pertama kali diperkenalkan pada Agustus lalu dan dipandang sebagai pesaing potensial bagi platform seperti Duolingo. Kini, aplikasi ini dapat melacak berapa hari berturut-turut pengguna berlatih mempelajari bahasa baru, memungkinkan mereka memantau perkembangan dari waktu ke waktu.

Fitur umpan balik juga ditingkatkan untuk memberikan kiat yang lebih berguna tentang pengucapan kata atau frasa. Meski belum jelas apakah aplikasi akan mengingatkan pengguna yang mulai malas dengan gigihnya seperti burung hantu Duolingo, penambahan fitur pelacakan ini jelas menambah dimensi edukatif pada aplikasi yang awalnya berfokus pada terjemahan. Alat pembelajaran ini kini telah tersedia di 20 negara baru, termasuk Jerman, India, dan Swedia.

Perkembangan ini menunjukkan bagaimana AI tidak hanya digunakan untuk memahami bahasa, tetapi juga untuk mengajarkannya, menciptakan ekosistem pembelajaran yang lebih personal. Integrasi AI dalam perangkat mobile, atau yang sering disebut AI Phone, semakin memperluas fungsi perangkat menjadi asisten yang lebih cerdas dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan.

Prioritas Kecepatan atau Akurasi, Kini Bisa Dipilih

Setelah sekian lama tidak banyak diperbarui, Google belakangan gencar menambahkan fitur-fitur baru ke Translate. Selain fitur latihan bahasa, pembaruan bulan lalu menambahkan opsi untuk memilih antara terjemahan “Cepat” dan “Lanjutan”. Opsi ini memungkinkan pengguna memprioritaskan kecepatan saat sedang terburu-buru—misalnya saat memesan minuman di bar—atau mendapatkan terjemahan yang lebih akurat dengan memanfaatkan kemampuan penuh Gemini.

Fleksibilitas ini mengakomodasi kebutuhan pengguna yang berbeda-beda, mengakui bahwa konteks penggunaan menentukan jenis terjemahan yang paling dibutuhkan. Inisiatif ini sejalan dengan upaya Google untuk memperluas dukungan bahasa pada berbagai layanan AI-nya, seperti yang terlihat pada dukungan bahasa Indonesia dan empat bahasa baru lainnya di Google AI Mode.

Rangkaian pembaruan ini menandai era baru untuk Google Translate, dari sekadar alat konversi kata menjadi platform komunikasi dan pembelajaran yang lebih komprehensif dan memahami konteks. Dengan memahami nuansa, slang, dan bahkan irama bicara, batasan bahasa dalam interaksi manusia sehari-hari perlahan-lahan mulai terkikis. Perkembangan ini membuka peluang bagi pengguna global, termasuk di Indonesia, untuk berkomunikasi dan belajar dengan hambatan yang semakin minimal.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |