Selular.id – Platform e-commerce lokal Blibli mencatatkan nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) terendah di antara pemain utama pada 2024, dengan capaian US$2,26 miliar (sekitar Rp37,2 triliun).
Data dari Momentum Works yang dirilis Rabu (10/9/2025) menunjukkan, Blibli hanya menyumbang 4% dari total pasar e-commerce Indonesia yang mencapai US$56,5 miliar (setara Rp930 triliun) tahun lalu.
Blibli, yang merupakan bagian dari Grup Djarum dan telah resmi menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia, tertinggal jauh dibandingkan platform sejenis yang terafiliasi dengan asing.
Shopee, sebagai pemimpin pasar, mencatatkan GMV sekitar Rp426,5 triliun sepanjang tahun lalu. Sementara itu, entitas gabungan Tokopedia-TikTok Shop yang mengumumkan merger pada Desember 2023, secara akumulasi mencapai GMV US$18,6 miliar atau setara Rp300,32 triliun.
Tiga platform teratas di pasar e-commerce Indonesia menguasai 80% pangsa pasar. Realisasi GMV Lazada, bagian dari grup Alibaba asal China, mencapai US$3,9 miliar di 2024 dan menempati urutan kelima. Bukalapak berada di posisi keempat dengan pangsa pasar US$5,6 miliar.
Data lain dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) memperkuat fakta dominasi e-commerce asing di pasar Indonesia. Hasil survei APJII atas e-commerce yang paling sering diakses masyarakat menempatkan Blibli dengan skor 0,29% pada urutan dua terbawah, bersama Facebook Marketplace yang meraih skor 0,25%.
Posisi Blibli sebagai e-commerce lokal menghadapi tantangan besar dalam persaingan dengan raksasa teknologi global. Meskipun telah beroperasi lebih dari satu dekade, platform ini masih kesulitan mengejar ketertinggalan dari kompetitor yang didukung oleh pendanaan dan teknologi dari perusahaan induknya di luar negeri.
Sebagai perusahaan yang telah go public, Blibli menghadapi tekanan untuk meningkatkan kinerja dan nilai pemegang saham. Pencatatan di Bursa Efek Indonesia diharapkan dapat memberikan suntikan modal dan kepercayaan bagi pengembangan platform, meskipun tantangan persaingan semakin ketat.
Upaya Blibli dalam menerapkan praktik bisnis berkelanjutan melalui penggunaan armada eco-friendly menjadi salah satu diferensiasi yang coba ditawarkan. Namun, inisiatif tersebut belum cukup signifikan untuk mengubah peta persaingan di industri e-commerce Indonesia yang didominasi oleh platform dengan skala lebih besar.
Prestasi Blibli sebagai Best E-commerce di Southeast Asia Awards 2020 menunjukkan bahwa platform ini memiliki potensi dan pengakuan industri. Namun, penghargaan tersebut belum sepenuhnya terkonversi menjadi peningkatan pangsa pasar yang signifikan.
Dinamika regulasi e-commerce Indonesia juga turut mempengaruhi lanskap persaingan. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, Blibli termasuk yang mengaku kebingungan dengan peraturan pemerintah yang terkadang berubah-ubah, meskipun dalam beberapa tahun terakhir telah ada upaya harmonisasi kebijakan.
Ke depan, Blibli perlu menemukan strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan penetrasi pasar dan nilai transaksi. Inovasi dalam layanan, ekspansi ke segmen yang belum terjamah kompetitor, serta optimalisasi teknologi menjadi kunci untuk dapat bersaing dengan platform yang didukung oleh sumber daya global.
Persaingan e-commerce Indonesia diprediksi akan semakin intensif dalam beberapa tahun mendatang. Platform lokal seperti Blibli harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan perilaku konsumen dan perkembangan teknologi digital untuk tetap relevan di tengah dominasi pemain asing.