Axioo Ungkap Alasan Pasar Laptop Indonesia Sangat Menarik, Merek Asing Menyerbu

17 hours ago 7

Selular.id – Pasar laptop di Indonesia masih menyimpan potensi pertumbuhan yang sangat besar.

Hal ini terungkap dari pernyataan Timotius Theopelus, Vice President Axioo Indonesia, yang menyebut tingkat penetrasi laptop di tanah air baru mencapai sekitar 20%.

Angka ini jauh di bawah negara-negara lain yang bisa mencapai 70-80%.

Dengan populasi yang mencapai lebih dari 280 juta jiwa, pasar Indonesia menjadi magnet bagi berbagai merek laptop global.

Timotius mengungkapkan, hampir semua merek laptop dunia telah masuk ke Indonesia.

“Pasarnya sangat menarik. Karena penetrasinya baru 20% dan jumlah penduduk di Indonesia ada 280 juta-an yang merupakan terbesar keempat di dunia,” ujarnya.

Fakta menarik lainnya adalah dominasi merek luar negeri yang mencapai 90% dari total pasar laptop di Indonesia, menunjukkan persaingan yang ketat di segmen ini.

Axioo sendiri bukan pemain baru. Brand lokal ini telah hadir selama 30 tahun, sejak era 1990-an, dengan awalan sebagai perusahaan IT dan distributor komputer.

Perjalanan panjang ini memberikan perspektif unik bagi Axioo dalam membaca dinamika pasar teknologi di Indonesia, termasuk transisi dari komputer ke handphone, dan kembali fokus pada peluang laptop.

Dari Handphone Kembali ke Laptop

Pada pertengahan tahun 2000-an, Axioo memutuskan untuk masuk ke pasar handphone.

Saat itu, persaingan di industri telepon seluler digambarkan seperti “perang bharatayuda” dengan banyak pemain.

Axioo berhasil bertahan, namun melihat ada segmen lain yang dinilai sangat penting selain handphone, yaitu laptop.

Keputusan ini diambil dengan pertimbangan matang melihat perbedaan mendasar antara kedua perangkat.

“Pengguna laptop di Indonesia ini masih krisis karena penggunanya masih sangat rendah jika dibandingkan negara-negara lainnya,” jelas Timotius.

Ia membandingkan, rasio kepemilikan handphone di Indonesia bahkan sudah melebihi jumlah populasi, sementara laptop masih sangat rendah.

Padahal, perkembangan teknologi kedua perangkat berjalan beriringan.

Handphone semakin canggih, laptop juga mengalami kemajuan teknologi yang pesat.

Namun, menurutnya, ada hal-hal tertentu yang tidak bisa dilakukan di handphone tetapi sangat mudah dikerjakan dengan laptop.

Perbedaan fungsi inilah yang membuat kedua perangkat bukanlah pesaing, melainkan saling melengkapi.

Booming Pandemi dan Era AI

Bukti nyata bahwa laptop dan komputer masih sangat dibutuhkan terlihat jelas selama pandemi Covid-19.

Saat itu, penjualan komputer mengalami peningkatan signifikan atau booming karena kebutuhan akan perangkat untuk bekerja dan belajar dari rumah melonjak drastis.

Tren ini tidak hanya sesaat, tetapi berlanjut hingga kini.

Terlebih lagi, dengan maraknya teknologi kecerdasan buatan atau AI, peran laptop menjadi semakin krusial.

“Apalagi kalau kita ingin menggunakan teknologi terbaru seperti AI, maka laptop atau komputer ini masih tidak bisa ditinggalin,” tegas Timotius.

Implikasinya, permintaan akan laptop dengan spesifikasi yang mendukung komputasi AI diprediksi akan terus meningkat, membuka babak baru dalam persaingan pasar.

Dominasi merek asing yang mencapai 90% menunjukkan betapa ketatnya persaingan di industri laptop Indonesia.

Pemain-pemain besar telah lama menguasai pasar, seperti yang pernah diungkap dalam laporan bahwa Asus pernah menguasai pasar laptop Indonesia.

Dominasi ini terus berlanjut di segmen tertentu, misalnya pada laporan terbaru yang menyebut Asus menguasai 60% pasar Copilot+ PC di Indonesia dengan laptop AI 45+ TOPS.

Persaingan tidak hanya terjadi di segmen laptop konsumen biasa. Pasar laptop gaming, misalnya, juga menjadi ajang pertarungan yang sengit.

Seperti dilaporkan sebelumnya, setidaknya ada 9 vendor laptop gaming di Indonesia yang bersaing ketat di tengah pasar yang terus bertumbuh.

Di segmen konsumer, Asus juga disebut menguasai pasar laptop consumer di Indonesia dengan seri Zenbook dan Vivobook sebagai yang paling diminati.

Dengan penetrasi yang masih rendah, pasar laptop Indonesia ibarat lahan subur yang siap digarap.

Pertumbuhan kelas menengah, digitalisasi sektor pendidikan dan UMKM, serta kebutuhan akan perangkat produktivitas pascapandemi menjadi faktor pendorong utama.

Tantangannya adalah bagaimana menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan daya beli masyarakat Indonesia yang beragam, di tengah dominasi merek-merek global yang telah mapan.

Ke depan, persaingan diperkirakan akan semakin mengerucut pada inovasi, khususnya yang terkait dengan AI dan produktivitas.

Merek-merek yang mampu menghadirkan laptop dengan kemampuan AI yang mumpuni, harga kompetitif, dan memahami kebutuhan spesifik pasar lokal akan memiliki peluang besar.

Potensi 80% populasi yang belum menggunakan laptop menjadi target pasar yang sangat menjanjikan bagi seluruh pemain, baik merek internasional maupun lokal seperti Axioo yang telah memahami dinamika pasar Indonesia selama tiga dekade.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |