Selular.id – Indonesia masuk dalam kelompok negara Asia Tenggara yang paling rajin mengadopsi kecerdasan buatan (AI), bersama Singapura, Brunei, Filipina, dan Malaysia.
Lonjakan transformasi AI ini didukung ekosistem teknologi yang berkembang pesat di kawasan, berdasarkan Laporan e-Conomy SEA 2025.
Penggunaan AI telah merasuk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat ASEAN dengan minat terhadap topik kecerdasan buatan tercatat tiga kali lipat lebih tinggi dari rata-rata global.
Laporan terbaru dari Google, Temasek, dan Bain & Company mengungkapkan tiga dari empat pengguna mengaku tools AI membantu mereka menemukan konten dan mempermudah penyelesaian tugas.
“Sementara hampir setengah atau sekitar 45% mengharapkan dapat menghemat waktu dalam penelitian dan mengambil keputusan lebih cepat,” bunyi laporan Selular kutip, Jumat (14/11/2025) tersebut.
Data ini menunjukkan bagaimana AI mulai menjadi bagian integral dari produktivitas digital masyarakat modern.
Optimasi AI oleh pekerja Asia Tenggara telah dilakukan secara masif dengan fakta bahwa teknologi ini membantu pengembangan keterampilan mereka secara aktif.
Sebanyak 79% pekerja menyatakan telah belajar menggunakan AI, dan 43% melaporkan menggunakan AI baik secara pribadi maupun profesional.
Tren adopsi AI di Indonesia semakin menguat seiring dengan komitmen berbagai pemangku kepentingan dalam membangun ekosistem digital yang matang.
Beberapa perusahaan teknologi besar telah mengambil langkah strategis untuk mempercepat transformasi digital, termasuk melalui kolaborasi dengan pemain global.
Dukungan Infrastruktur dan Regulasi
Pesatnya adopsi AI di Indonesia tidak lepas dari dukungan infrastruktur digital yang terus ditingkatkan.
Meski demikian, masih terdapat tantangan dalam pemerataan adopsi teknologi across berbagai sektor industri.
Seperti yang terungkap dalam laporan mengenai perusahaan kurir Indonesia yang tertinggal dalam adopsi AI dan keamanan data, masih diperlukan upaya lebih besar untuk mendorong implementasi AI secara merata.
Operator telekomunikasi turut berperan penting dalam memperluas akses teknologi AI.
Telkomsel merilis bundling konektivitas dan AI di Indonesia sebagai bagian dari strategi mempercepat adopsi teknologi ini di tingkat konsumen dan bisnis.
Langkah ini diharapkan dapat menurunkan barrier entry bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan AI.
Kolaborasi antara perusahaan teknologi dalam dan luar negeri juga menjadi katalisator penting.
Kerja sama Lintasarta dengan Nvidia menunjukkan komitmen serius dalam membangun kapasitas AI lokal yang kompetitif di kancah global.
Sinergi semacam ini diharapkan dapat mentransfer pengetahuan dan teknologi mutakhir ke dalam ekosistem digital Indonesia.
Implikasi terhadap Ekosistem Digital
Tingginya minat terhadap AI di Indonesia tercermin dari berbagai indikator digital.
Laporan terbaru menunjukkan adopsi Generative AI yang pesat di Indonesia, meski masih terdapat tantangan dalam hal partisipasi perempuan di sektor teknologi.
Data ini mengindikasikan perlunya pendekatan inklusif dalam pengembangan ekosistem AI nasional.
Perkembangan infrastruktur pendukung seperti adopsi IPv6 juga menjadi faktor penentu kesiapan Indonesia menghadapi era AI.
ASIOTI mencatat adopsi IPv6 di Indonesia pada 2024 mencapai 16 persen, angka yang menunjukkan progres positif meski masih perlu ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan teknologi masa depan termasuk AI dan IoT.
Transformasi digital yang dipicu adopsi AI diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan matangnya ekosistem teknologi Indonesia.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penyiapan regulasi yang mendukung, dan penguatan infrastruktur digital menjadi kunci dalam memaksimalkan potensi AI untuk pertumbuhan ekonomi digital nasional.






























