Selular.id – Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) berkomitmen mematuhi kebijakan pemerintah setempat yang membatasi transfer teknologi canggih ke luar negeri. Wakil Menteri Sains dan Teknologi Taiwan, Fa-cheng Lin, menegaskan kembali komitmen “N-2”, yang berarti fasilitas produksi TSMC di Amerika Serikat akan selalu tertinggal dua generasi teknologi di belakang Taiwan. Kebijakan ini menjadi penjelasan resmi mengapa upaya besar AS untuk membangun rantai pasok semikonduktor yang tangguh di dalam negeri tetap menghadapi kendala fundamental dalam mengakses node paling mutakhir.
Pernyataan Lin disampaikan menanggapi pertanyaan anggota parlemen Taiwan yang mengkhawatirkan kecenderungan investasi TSMC di AS dalam beberapa tahun terakhir. Kekhawatiran utama adalah upaya tersebut dapat berujung pada alih teknologi, yang berpotensi mengikis posisi strategis Taiwan di industri semikonduktor global. Lin menekankan bahwa mayoritas personel penelitian dan pengembangan (R&D) TSMC berada di Taiwan dan perusahaan patuh pada regulasi yang berlaku. Sebagai ilustrasi, jika TSMC mengembangkan teknologi 1,2nm atau 1,4nm di Taiwan, maka teknologi yang diizinkan untuk diekspor adalah generasi 1,6nm.
Dorongan dari pemerintahan AS, termasuk era Trump, serta tekanan dari perusahaan fabless seperti Apple dan Qualcomm, agar TSMC memperluas operasinya di Amerika, dilatarbelakangi keinginan mengamankan rantai pasok dari ketegangan geopolitik. Tujuannya jelas: memastikan pasokan chip paling canggih, yang menjadi tulang punggung teknologi dari smartphone hingga pusat data AI, tidak terganggu. Tekanan tarif dan minat besar dari klien AS terhadap produksi TSMC di Arizona telah mendorong raksasa foundry itu untuk meningkatkan rencana investasinya di AS hingga mencapai angka fantastis, $300 miliar.
Namun, di balik investasi masif itu, realitas kebijakan “N-2” tetap berlaku. Saat ini, TSMC tengah mempersiapkan ekspansi fasilitas Arizona-nya dengan mengintegrasikan lini produksi 3nm, yang ditargetkan mencapai produksi volume tinggi (HVM) pada 2027. Akan tetapi, pada waktu yang sama, Taiwan diproyeksikan sudah bergerak menuju teknologi A16 (1,6nm), setelah ramp-up sukses proses N2 (2nm). Artinya, meski AS mendapatkan akses ke teknologi 3nm pada 2027, Taiwan kemungkinan sudah memproduksi chip 2nm secara masif dan bersiap untuk generasi berikutnya.
Implikasi bagi Peta Persaingan Foundry Global
Kebijakan Taiwan ini tidak hanya memengaruhi rencana keamanan rantai pasok AS, tetapi juga membuka dinamika baru dalam persaingan bisnis foundry. Analis industri, Dan Nystedt, menyoroti bahwa keengganan TSMC memindahkan node high-end ke AS dapat membuka peluang besar bagi Intel Foundry. Intel, yang membangun dan memproduksi teknologi di “kandangnya” sendiri di AS, tidak terikat oleh kebijakan transfer teknologi antar negara. Hal ini disebut sebagai salah satu alasan mengapa node 14A Intel menarik minat yang signifikan dari calon pelanggan.
Dinamika rantai pasok berpotongan dengan strategi perusahaan teknologi besar. Apple, yang selama ini sangat bergantung pada TSMC untuk chip A-series dan M-series-nya, dikabarkan siap menggandeng Intel sebagai upaya diversifikasi pemasok dan mengurangi ketergantungan pada satu foundry dari Taiwan. Langkah serupa mungkin akan dipertimbangkan oleh perusahaan lain yang menginginkan akses ke teknologi canggih yang diproduksi di dalam wilayah AS, sekaligus mengelola risiko geopolitik.
Upaya AS untuk membangun ekosistem semikonduktor yang mandiri dan tangguh jelas membutuhkan lebih dari sekadar menarik investasi asing. Kebijakan “N-2” dari Taiwan menjadi pengingat bahwa akses ke teknologi paling depan memerlukan pengembangan kemampuan domestik yang mendalam. Ini mencakup investasi jangka panjang dalam R&D dasar, penguasaan peralatan fabrikasi yang kompleks, dan pembangunan basis talenta insinyur dan teknisi yang mumpuni. Program CHIPS Act AS adalah langkah awal, tetapi jalan menuju kemandirian di node paling canggih masih panjang.
Sementara itu, posisi TSMC sebagai foundry dominan untuk node mutakhir tetap kuat. Kunjungan CEO Nvidia, Jensen Huang, ke Taiwan beberapa waktu lalu untuk mengapresiasi peran TSMC dalam kemajuan AI adalah bukti ketergantungan global pada kemampuan manufaktur perusahaan tersebut. Kapasitas produksi 2nm TSMC bahkan dikabarkan telah dipesan penuh hingga akhir 2026, menunjukkan permintaan yang sangat tinggi. Namun, tekanan geopolitik dan kebijakan lokal terus membayangi ekspansi globalnya, memaksa klien-klien besar untuk mempertimbangkan strategi pasokan yang lebih kompleks.
Langkah perusahaan teknologi AS seperti Apple yang berinvestasi besar di fasilitas komponen dalam negeri AS menunjukkan tren yang lebih luas untuk mendekatkan rantai pasok. Namun, untuk komponen paling kritis seperti chip logika canggih, tantangannya jauh lebih besar. Kebijakan “N-2” Taiwan, yang didukung oleh hukum setempat, pada dasarnya memastikan bahwa pusat gravitasi inovasi dan produksi semikonduktor cutting-edge akan tetap berada di Taiwan untuk tahun-tahun mendatang. Implikasinya, ketahanan rantai pasok AS akan terus bergantung pada hubungan yang stabil dengan Taiwan, sambil secara paralel berusaha mengejar ketertinggalan melalui penguatan kapabilitas domestik dan alternatif seperti Intel Foundry.


























