Selular.id – Bocoran terbaru dari tipster ternama Ice Universe mengungkap konfigurasi CPU dan GPU yang diduga final untuk chipset Exynos 2600.
Chipset yang diantisipasi sebagai prosesor 2nm pertama untuk smartphone ini dikabarkan akan memiliki inti performa utama berkecepatan lebih tinggi dan grafis hasil kolaborasi lanjutan dengan AMD.
Informasi ini muncul setelah beberapa kali penampakan performa awal di Geekbench. Menurut Ice Universe, Exynos 2600 akan mempertahankan arsitektur CPU 10-inti, sesuai dengan bocoran sebelumnya.
Namun, ada peningkatan kecil namun signifikan pada inti performa utama (prime core), yang kini disebutkan berjalan pada kecepatan 3.9GHz.
Angka ini sedikit lebih tinggi dari kecepatan 3.8GHz yang tercatat dalam benchmark awal.
Meski selisihnya tipis, peningkatan ini berpotensi mendongkrak performa puncak chipset dalam tugas-tugas berat.
Konfigurasi keseluruhan CPU tetap konsisten. Tiga inti performa tinggi (high-performance cores) diperkirakan berjalan pada 3.2GHz, sementara enam inti efisiensi (efficiency cores) diklaim berkecepatan 2.75GHz.
Di sisi grafis, Exynos 2600 dilaporkan akan menggunakan GPU bernama AMD JUNO yang berjalan pada frekuensi 985MHz.
Nama ini mengonfirmasi kelanjutan kemitraan strategis Samsung dengan AMD untuk urusan grafis, yang telah menjadi pembeda utama chipset Exynos generasi belakangan.
GPU AMD JUNO ini dikatakan mendukung standar grafis modern seperti OpenGL ES 3.2, OpenCL 3.0, dan Vulkan 1.3.
Dukungan ini mencakup semua Application Programming Interface (API) grafis mutakhir yang diperlukan untuk gaming high-end dan visualisasi canggih lainnya, menjanjikan pengalaman visual yang mulus dan detail.
Untuk gambaran performa, dalam penampakan terbaru di Geekbench, chipset ini mencetak skor 3.455 untuk tes single-core dan 11.621 untuk multi-core.
Sebagai perbandingan, unit Xiaomi 17 yang ditenagai Snapdragon 8 Elite Gen 5 dari Qualcomm mencapai skor 3.078 (single-core) dan 9.162 (multi-core).
Data ini menunjukkan Exynos 2600 berpotensi menawarkan performa yang setara, bahkan mungkin lebih unggul, dibandingkan rival utamanya di kelas flagship.
Namun, meski memiliki performa yang menjanjikan, strategi pemasaran Samsung untuk chipset buatan sendiri ini terbilang selektif.
Rencananya, Samsung akan menggunakan Exynos 2600 secara eksklusif hanya untuk varian Galaxy S26 dan Galaxy S26 Plus yang dijual di pasar Korea Selatan.
Untuk pasar global lainnya, konsumen diperkirakan akan mendapatkan model yang ditenagai oleh Snapdragon 8 Elite Gen 5.
Keputusan ini melanjutkan pola dual-chipset yang telah diterapkan Samsung dalam beberapa tahun terakhir, meski dengan porsi yang lebih kecil untuk Exynos.
Langkah ini juga dipandang sebagai bagian dari perjudian Samsung dalam menggunakan chip buatan sendiri untuk lini flagship-nya. Di satu sisi, penggunaan Exynos 2600 dapat membantu perusahaan mengontrol biaya produksi lebih baik.
Sebuah laporan terpisah bahkan menyebutkan bahwa chipset ini berpotensi menekan biaya produksi Galaxy S26 hingga $30 per unit.
Namun di sisi lain, keputusan ini membawa risiko terkait konsistensi performa dan penerimaan pasar global yang sudah akrab dengan Snapdragon.
Dominasi Qualcomm dalam pasokan chipset untuk seri Galaxy S26 juga telah diprediksi.
Analisis sebelumnya menunjukkan bahwa Qualcomm akan menguasai sekitar 75% pasokan, sementara porsi Exynos 2600 hanya sekitar 25%. Pembatasan geografis yang ketat untuk Exynos 2600 ini memperkuat proyeksi tersebut.
Kehadiran Exynos 2600 sendiri telah menciptakan hype besar sebagai chipset smartphone 2nm pertama di dunia. Proses manufaktur 2nm menjanjikan efisiensi daya dan peningkatan performa yang signifikan dibanding generasi sebelumnya.
Namun, jalan menuju produksi massal chipset ini perlu diperhatikan. Sebelumnya, telah beredar laporan bahwa Exynos 2600 belum masuk tahap produksi massal, yang memunculkan pertanyaan mengenai waktu peluncuran dan ketersediaan stok perangkat Galaxy S26 di Korea.
Dengan konfigurasi yang kini semakin jelas, perhatian selanjutnya akan tertuju pada efisiensi termal, daya tahan baterai, dan performa dunia nyata dari kombinasi CPU 3.9GHz dan GPU AMD JUNO tersebut.
Keberhasilan Exynos 2600 di pasar domestik Korea bisa menjadi tolok ukur penting bagi Samsung sebelum mempertimbangkan ekspansi yang lebih luas untuk chipset buatan dalamnya di generasi mendatang.


























