Nabire, 14 Oktober 2025 – Ratusan pengemudi logistik dan angkutan umum yang tergabung dalam Asosiasi Pengemudi Logistik dan Angkutan Umum Nabire menggelar aksi damai menuju Kantor Gubernur Papua Tengah, Selasa (14/10/2025). Titik kumpul massa dimulai dari Pantai Nabire sebelum bergerak menuju pusat pemerintahan provinsi.
Aksi tersebut diikuti ratusan kendaraan, terdiri dari sekitar 350 unit truk roda enam dan 300 unit kendaraan roda empat seperti taksi dan angkutan sayur yang biasa melayani rute Nabire, Dogiyai, Deiyai, dan Paniai.

Dalam aksi tersebut, para pengemudi menyampaikan empat poin tuntutan utama, yaitu:
1. Buruknya kondisi jalan lintas Nabire – Dogiyai – Deiyai – Paniai yang menghambat mobilisasi logistik dan BBM.
2. Sering terjadinya pemalangan serta aksi perampokan di ruas jalan lintas Papua tersebut.
3. Distribusi bahan bakar bersubsidi yang tidak tepat sasaran, sehingga pengemudi logistik kesulitan mendapatkan solar dengan harga wajar.
4. Permintaan penanganan cepat dan tanggap dari Pemerintah Provinsi Papua Tengah terhadap kondisi darurat infrastruktur dan keamanan jalan lintas.
Ketua Asosiasi, Chandra, dalam orasinya menyampaikan bahwa kondisi jalan di kilometer 132 hingga 141 sangat parah, menghambat aktivitas transportasi antar kabupaten.
“Kami meminta perhatian khusus dari Pemerintah Provinsi Papua Tengah agar menindaklanjuti kondisi jalan ini secara cepat. Karena kami melayani masyarakat lintas kabupaten dan membutuhkan akses yang layak,” ujar Chandra.
Ia juga menyoroti sulitnya memperoleh bahan bakar minyak (BBM) di wilayah pegunungan.
“Kami berharap ada SPBU yang ditunjuk khusus untuk melayani kendaraan lintas kabupaten. Banyak pengemudi terpaksa membeli solar dengan harga tinggi, bahkan menggunakan solar disk light karena kehabisan bahan bakar di perjalanan,” tambahnya.
Sementara itu, Meiyer, penanggung jawab aksi, menjelaskan bahwa akibat rusaknya jalan, waktu tempuh pengemudi meningkat drastis.
“Dulu dari Nabire ke Dogiyai bisa satu hari satu malam. Sekarang harus empat hari pulang-pergi. Banyak yang tidur di jalan karena kendaraan tidak bisa lewat,” jelasnya.
Selain masalah infrastruktur, Meiyer juga menyoroti faktor keamanan.
“Kami berharap aparat keamanan bisa meningkatkan pengawasan di titik-titik rawan, terutama di jalur Nabire – Dogiyai – Deiyai – Paniai. Para sopir sering menjadi korban pemalangan dan perampokan,” ungkapnya.
Setelah menyampaikan aspirasi di Kantor Gubernur Papua Tengah, massa aksi berharap ada dialog terbuka dengan pemerintah provinsi dan instansi terkait untuk membahas solusi konkret terhadap masalah infrastruktur, distribusi BBM, dan keamanan di jalur transportasi utama Papua Tengah tersebut.
[Nabire.Net/Musa Boma]