Nabire, 13 Desember 2025 – Kunjungan Kerja (Kunker) laut jarak jauh yang dilakukan Wakil Rakyat DPRK Nabire, Daniel Mumakapa ke Distrik Wapoga, Kampung Taumi dan Kampung Keuw, menemukan berbagai persoalan serius yang hingga kini belum mendapat perhatian maksimal dari dinas terkait.
Di SD Advent Keuw, para guru mengeluhkan minimnya fasilitas pendidikan. Sekolah tersebut tidak memiliki kursi dan meja, bahkan hanya memiliki dua ruang kelas dalam kondisi sangat terbatas. Lebih memprihatinkan lagi, tidak ada guru PNS, termasuk kepala sekolah. Proses belajar mengajar hanya ditangani oleh empat guru kontrak dan honorer, dengan jumlah siswa 20 orang.
Selain sektor pendidikan, persoalan kesehatan juga menjadi keluhan utama masyarakat. Hingga saat ini, tidak ada tenaga medis yang menetap di Kampung Keuw maupun Taumi. Kunjungan tenaga kesehatan dari Tanah Merah hanya dilakukan dua hingga tiga kali dalam setahun, padahal tugas mereka seharusnya berada langsung di lokasi pelayanan.
“Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten Nabire pernah turun langsung melihat kondisi Pustu dan memastikan tenaga medis benar-benar berada di tempat tugas?” tegas Daniel.
Ia menekankan bahwa masyarakat tidak bisa menipu pemerintah, dan pemerintah juga tidak bisa menipu masyarakat. Namun fakta di lapangan menunjukkan adanya pembiaran oleh dinas terkait.
Sebagai ibu kota Provinsi Papua Tengah, Nabire seharusnya menjadi contoh bagi kabupaten lain, terlebih Papua Tengah merupakan provinsi baru yang dituntut menunjukkan tata kelola pemerintahan yang baik.
Kebutuhan Mendesak Kampung Keuw dan Taumi
-
Speedboat:
-
2 unit untuk pelayanan kesehatan
-
1 unit untuk PAUD/SD, lengkap dengan perlengkapannya
-
-
Kerugian masyarakat Kampung Taumi, di mana Pemerintah Kabupaten Nabire telah menganggarkan dana sebesar Rp1.304.011.931,96, namun realisasi fisik tidak dirasakan masyarakat.
-
Material bangunan pendidikan ditemukan terbengkalai di Muara Sungai Pornai atau Degeuwo, yang menimbulkan tanda tanya besar terhadap kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Nabire.
-
Proyek rehabilitasi sedang/berat 4 ruang kelas SD Negeri Auye/Ause, termasuk pengadaan khusus Orang Asli Papua Tengah (NBX), tidak berjalan sebagaimana mestinya.
-
Akibat ulah oknum tertentu, papan dan material bangunan dibiarkan terlapuk dan rusak di lokasi muara sungai.
-
Kondisi ini menjadi contoh nyata perlunya perhatian serius dan pengawasan ketat dari dinas-dinas terkait.
“Saya sangat kecewa. Selama ini dinas terkait seolah tutup mata, padahal masyarakat di wilayah pesisir dan pedalaman sangat membutuhkan kehadiran nyata pemerintah,” pungkasnya.
[Nabire.Net]

2 days ago
9

















































