Krisis RAM Global 2026: Masa Depan Smartphone dengan Memori Terbatas

5 hours ago 4

Selular.id – Dunia smartphone diprediksi akan memasuki era baru di tahun 2026, di mana tren peningkatan kapasitas RAM secara agresif akan terhenti.

Alih-alih menawarkan RAM 16GB atau bahkan 24GB, ponsel pintar masa depan, termasuk kelas flagship, kemungkinan besar akan berpatokan pada plafon baru 12GB.

Prediksi ini muncul sebagai dampak langsung dari krisis pasokan dan lonjakan harga DRAM global, yang memaksa produsen untuk menyusun ulang strategi spesifikasi demi menjaga harga jual tetap kompetitif.

Industri saat ini berada dalam dilema yang unik. Di satu sisi, perkembangan fitur kecerdasan buatan (AI) on-device yang masif, seperti asisten generatif dan pemrosesan foto instan, mendorong kebutuhan akan memori yang lebih besar.

Teknologi seperti Google Gemini Nano atau Samsung Galaxy AI dilaporkan dapat memerlukan alokasi RAM khusus hingga 3-4GB hanya untuk pemrosesan lokal.

Namun, ironisnya, revolusi AI yang sama inilah yang secara tidak langsung memperparah krisis.

Permintaan yang melonjak untuk memori bandwidth tinggi (High Bandwidth Memory/HBM) yang digunakan di server pusat data AI telah mengalihkan fokus dan kapasitas produksi raksasa chip seperti Samsung dan SK Hynix dari lini DRAM konvensional untuk perangkat mobile.

Akibatnya, harga DRAM untuk smartphone telah melonjak signifikan, menciptakan tekanan biaya yang berat bagi para OEM (Original Equipment Manufacturer).

Kenaikan harga komponen kunci ini memicu kekhawatiran akan kenaikan harga smartphone atau, dalam skenario lain, penurunan spesifikasi untuk menyeimbangkan anggaran.

Situasi ini merupakan bagian dari krisis RAM global yang memaksa produsen memangkas spesifikasi smartphone sebagai strategi bertahan.

Dilema Harga vs. Performa di Kelas Flagship

Segmen ponsel premium, seperti seri Galaxy S Ultra, Pixel Pro, atau ponsel gaming khusus, menghadapi tantangan paling pelik.

Identitas merek-merek ini dibangun di atas janji performa tertinggi dan spesifikasi tanpa kompromi.

Memotong kapasitas RAM pada model andalan berisiko mengikis nilai jual utama mereka.

Produsen pun dihadapkan pada pilihan yang sulit: menaikkan harga jual akhir atau menerima kompromi pada performa yang mungkin akan dirasakan pengguna berat.

Kedua opsi tersebut mengandung risiko tinggi. Menaikkan harga di tengah tekanan ekonomi global berpotensi menjauhkan pembeli mainstream.

Sementara itu, menawarkan performa yang lebih rendah bisa berarti kehilangan daya saing di pasar yang sangat ketat.

Solusi yang paling mungkin adalah stratifikasi atau pembedaan varian yang lebih tajam.

Pada tahun 2026, banyak ponsel flagship mungkin akan mempertahankan RAM 8GB sebagai pilihan dasar untuk menjaga harga, sementara varian Pro atau Ultra tertinggi akan mematok RAM 12GB sebagai plafon baru, turun dari standar 16GB yang mulai umum sebelumnya.

Varian high-end dengan RAM 12GB itu akan diposisikan khusus untuk kalangan kreator profesional, gamer esports, dan pengguna yang benar-benar membutuhkan bandwidth ekstra untuk aplikasi berat.

Tekanan pada rantai pasokan komponen ini tidak hanya terjadi di industri smartphone.

Gangguan serupa juga terlihat di pasar hardware lain, di mana krisis pasokan RAM global telah memicu kenaikan harga GPU dari vendor seperti AMD.

Midrange dan Budget Phone: Korban Terbesar Krisis RAM

Jika kelas flagship masih memiliki ruang manuver, segmen midrange dan budget-lah yang diprediksi akan merasakan dampak paling signifikan.

Kemajuan yang dinikmati beberapa tahun terakhir, seperti kehadiran ponsel dengan RAM 8GB hingga 12GB di kisaran harga di bawah Rp 5 juta, berpotensi menjadi kenangan.

Untuk mempertahankan harga yang menarik dan stabil, merek-merek di segmen ini kemungkinan akan menurunkan spesifikasi RAM menjadi 6GB, bahkan kembali ke 4GB untuk model paling terjangkau.

Pertanyaannya, apakah RAM 4GB masih cukup di tahun 2026? Untuk tugas dasar seperti komunikasi dan media sosial, mungkin iya.

Namun, untuk multitasking ringan atau gaming kasual dengan grafis menengah, batasan ini akan terasa.

Standar realistis untuk ponsel midrange di tengah krisis kemungkinan akan berada di angka 6GB RAM.

Selain pengurangan kapasitas fisik, ada kekhawatiran mengenai praktik pemasaran yang kurang transparan. Beberapa produsen berpotensi menggeser fokus promosi dari RAM fisik ke fitur “virtual RAM” atau memori tambahan yang dipinjam dari penyimpanan internal.

Meski angka di spesifikasi terlihat besar, kecepatan dan efisiensi virtual RAM tidak akan pernah menyamai RAM fisik yang sesungguhnya.

Dampak berantai dari krisis ini luas. Analisis menunjukkan bahwa pasar smartphone global sendiri diprediksi akan menyusut akibat kombinasi kenaikan harga dan penurunan nilai yang dirasakan konsumen.

Dalam menghadapi badai ini, perusahaan dengan ekosistem tertutup dan kontrol vertikal yang kuat, seperti Apple, diperkirakan memiliki ketahanan lebih baik.

Hal ini sejalan dengan laporan yang menyebutkan bahwa Apple dan Samsung dinilai sebagai pemain yang paling tangguh menghadapi ancaman krisis pasokan chip memori.

Lalu, Berapa RAM yang Benar-benar Dibutuhkan?

Di tengah prediksi perubahan lanskap ini, pertanyaan mendasar bagi konsumen adalah menentukan kapasitas RAM yang ideal.

Jawabannya sangat bergantung pada pola penggunaan, bukan sekadar angka tertinggi.

Untuk penggunaan harian standar, perbedaan antara 8GB dan 12GB lebih terletak pada kenyamanan dan kelonggaran sistem daripada kemampuan dasar.

Mayoritas aplikasi populer telah dioptimalkan dengan baik.

Pada ekosistem Android yang dikenal lebih dinamis, manajemen memori telah berkembang pesat.

RAM 8GB kini dianggap sebagai batas aman minimum untuk pengalaman yang lancar bagi pengguna aktif.

Namun, bagi pengguna yang sering membuka banyak aplikasi sekaligus, gamer berat, atau yang bergantung pada fitur AI on-device secara intensif, RAM 12GB adalah titik ideal.

Kapasitas ini memberikan ruang yang cukup bagi sistem operasi, aplikasi, dan layanan AI latar belakang untuk bekerja tanpa hambatan.

Adapun RAM 16GB ke atas tetap menjadi wilayah niche untuk penggunaan spesifik seperti editing video profesional langsung di ponsel.

Tahun 2026 akan menjadi tahun penyesuaian dan efisiensi bagi industri smartphone.

Produsen didorong untuk berinovasi tidak hanya pada perangkat lunak, tetapi juga dalam strategi perangkat keras dan optimasi sistem di tengah keterbatasan sumber daya.

Bagi konsumen, era ini menuntut kecermatan lebih dalam membaca spesifikasi, melihat melampaui angka besar yang diiklankan, dan memahami konfigurasi memori yang sesungguhnya ditawarkan.

Masa depan smartphone tidak lagi semata-mata tentang memiliki memori yang lebih banyak, tetapi tentang bagaimana perangkat dapat melakukan lebih banyak hal dengan memori yang tersedia secara lebih cerdas dan efisien.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |