Selular.id – Di tengah kekhawatiran industri akan kenaikan harga smartphone akibat tren kecerdasan buatan (AI) dan kelangkaan komponen seperti RAM, iQOO memilih untuk mengambil pendekatan berbeda.
Alih-alih terjebak dalam perang spesifikasi mentah, brand asal China ini menegaskan komitmennya untuk tetap fokus pada pengalaman menyeluruh (overall experience) yang dirasakan pengguna, termasuk di pasar Indonesia.
Kekhawatiran akan lonjakan harga perangkat pintar belakangan ini semakin nyaring terdengar.
Analisis pasar memprediksi bahwa permintaan komputasi AI yang tinggi berpotensi membuat komponen seperti RAM menjadi lebih langka dan mahal, yang pada akhirnya mendorong harga smartphone naik.
Namun, dalam wawancara dengan Selular.id, Head of Product iQOO Indonesia, Calvin Nobel Martin, menyoroti bahwa performa sebuah perangkat tidak semata-mata ditentukan oleh angka kapasitas RAM atau penyimpanan.
“Dari dulu kan komitmen iQOO itu mau kasih HP dengan performa. Tapi performa di sini bukan cuma soal RAM berapa atau ROM berapa,” ujar Calvin, beberapa waktu lalu (17/12/2025).
Ia menjelaskan, performa sejati justru terletak pada keseluruhan pengalaman penggunaan sehari-hari.
Elemen seperti layar yang responsif dan nyaman dipandang, daya tahan baterai, hingga detail seperti getaran haptic dan kualitas speaker aktif juga merupakan bagian integral dari performa yang dirasakan pengguna.

Pernyataan Calvin ini menjadi relevan dalam konteks diskusi industri yang lebih luas.
Sejumlah laporan, termasuk prediksi penyusutan pasar smartphone global, mengaitkan tekanan harga dengan meningkatnya permintaan untuk fitur AI.
iQOO mengklaim mempertimbangkan banyak faktor, bukan hanya tren global, dalam menentukan produk dan harga yang ditawarkan.
“Dalam hal harga, penyesuaian harga, kita consider semua faktor. Mulai dari kebutuhan user, apa yang bisa kita tawarin, sampai teknologi ke depannya,” jelas Calvin.
Pendekatan ini menekankan bahwa pertimbangan utama adalah relevansi teknologi tersebut bagi pengguna di Tanah Air, di samping tekanan biaya komponen yang menjadi perhatian global.
Pendekatan Realistis terhadap AI
Isu AI sendiri diakui Calvin sedang berada di fase yang ramai dengan jargon.
Banyak produsen yang berlomba menempelkan label AI di berbagai fitur, meski tidak semuanya memberikan manfaat yang benar-benar terasa bagi pengguna akhir.
Bagi iQOO, pendekatan terhadap kecerdasan buatan justru harus lebih membumi dan praktis.
“Kalau dari kita, AI itu hal yang positif. Saya pribadi juga merasa AI sangat membantu, baik untuk kerja maupun produktivitas,” lanjutnya.
Namun, ia menekankan bahwa implementasi AI seharusnya tidak berlebihan atau terkesan dipaksakan hanya untuk ikut tren.
Teknologi tersebut harus hadir secara natural dan sesuai dengan kebutuhan riil pengguna.
Pendekatan ini tercermin pada lini produk terbaru iQOO, termasuk iQOO 15 yang dilengkapi OriginOS.
Berbagai fitur AI dihadirkan untuk mendukung aktivitas konkret pengguna, seperti pengolahan foto di galeri (editing, erasing, expanding) hingga fitur AI transcript yang dapat membantu pencatatan.
Meski demikian, brand ini mengaku tidak ingin terlalu mengglorifikasi AI sebagai satu-satunya nilai jual.

“Yang penting implementasinya ke user. Tidak perlu dikit-dikit AI apa, AI apa. Sesuai needs-nya aja,” tegas Calvin.
Dengan filosofi ini, iQOO berusaha menawarkan keseimbangan antara pemanfaatan teknologi mutakhir dan pengalaman pengguna yang nyata, sebuah strategi yang mungkin menjadi pembeda di tengah pasar yang dipenuhi klaim-klaim berlebihan.
Menjawab Kekhawatiran Pasar dengan Strategi Holistik
Dengan fokus pada pengalaman menyeluruh, iQOO tampaknya ingin merespons kekhawatiran pasar soal potensi lonjakan harga smartphone dengan cara yang lebih realistis dan holistik.
Alih-alih hanya berfokus pada komponen high-end yang harganya fluktuatif, brand ini memilih mengedepankan keseimbangan antara performa teknis, kenyamanan penggunaan, dan nilai yang benar-benar dirasakan pengguna.
Strategi ini juga menjadi respons terhadap dinamika pasar yang kompleks, di mana faktor-faktor seperti kenaikan biaya produksi dari pihak seperti TSMC turut mempengaruhi harga akhir produk.
Dengan mempertimbangkan “kebutuhan user” sebagai faktor utama, iQOO berupaya menawarkan produk yang tetap relevan meski di tengah tekanan inflasi harga komponen.
Di tengah tren AI yang terus berkembang dan isu ketersediaan komponen yang kian kompleks, pendekatan iQOO menyiratkan bahwa performa smartphone di era modern tidak selalu harus didefinisikan semata oleh RAM berkapasitas besar atau jargon teknologi yang canggih.
Performa yang sesungguhnya, menurut mereka, diukur dari seberapa nyaman, responsif, dan relevan perangkat tersebut menemani aktivitas penggunanya sehari-hari.
Hal ini menjadi penyeimbang dari diskusi industri yang kerap didominasi oleh spekulasi harga, seperti yang terlihat dalam berbagai prediksi pasar belakangan ini.
Ke depan, tantangan bagi iQOO dan pelaku industri lainnya adalah tetap mampu menghadirkan inovasi yang meaningful tanpa serta-merta membebani konsumen dengan kenaikan harga yang signifikan.
Fokus pada pengalaman pengguna yang holistik, seperti yang diusung iQOO, bisa menjadi salah satu kerangka berpikir untuk menjawab tantangan tersebut, memastikan bahwa kemajuan teknologi tetap dapat diakses dan memberikan manfaat nyata.


























