Selular.id – Operator telekomunikasi global menghadapi tekanan keamanan siber yang kompleks sepanjang 2025, dengan ancaman tradisional seperti serangan Advanced Persistent Threat (APT) dan DDoS yang kini beririsan dengan risiko operasional dari teknologi baru seperti AI, kriptografi pasca-kuantum, dan integrasi 5G ke satelit. Laporan terbaru Buletin Keamanan Kaspersky memetakan lanskap ancaman ini dan memprediksi tantangan yang akan berlanjut hingga 2026.
Leonid Bezvershenko, peneliti keamanan senior di Kaspersky GReAT, menegaskan bahwa ancaman lama tidak akan hilang, namun kini diperumit oleh risiko dari teknologi yang baru diadopsi. “Operator telekomunikasi membutuhkan visibilitas di kedua dimensi tersebut: memiliki pertahanan kuat terhadap ancaman yang diketahui sambil membangun keamanan ke dalam teknologi baru ini sejak hari pertama,” ujarnya. Kunci menghadapi tantangan ganda ini, menurut Bezvershenko, adalah intelijen ancaman berkelanjutan yang mencakup dari titik akhir perangkat hingga orbit satelit.
Pada intinya, sepanjang 2025 operator menghadapi empat kategori ancaman utama yang saling terkait. Pertama, intrusi yang ditargetkan atau APT terus menjadi momok. Kelompok peretas ini berfokus meraih akses tersembunyi ke dalam lingkungan operator untuk tujuan spionase jangka panjang. Posisi jaringan telekomunikasi yang strategis dan istimewa membuat sektor ini menjadi sasaran empuk, karena dapat dimanfaatkan sebagai batu loncatan untuk menyerang entitas lain atau memata-matai lalu lintas data.
Kedua, kerentanan rantai pasokan tetap menjadi titik masuk yang kritis. Ekosistem telekomunikasi modern sangat bergantung pada banyak vendor, kontraktor, dan platform pihak ketiga yang terintegrasi erat. Kelemahan keamanan pada satu perangkat lunak atau layanan yang digunakan secara luas dapat dengan mudah menjadi celah bagi penyerang untuk menyusup ke inti jaringan operator. Ketiga, serangan Distributed Denial of Service (DDoS) masih menjadi masalah praktis yang mengganggu ketersediaan layanan dan menguji kapasitas infrastruktur.
Data dari Kaspersky Security Network antara November 2024 dan Oktober 2025 memberikan gambaran nyata tentang tekanan ini. Sekitar 12,79% pengguna di sektor telekomunikasi menghadapi ancaman online, sementara ancaman pada perangkat (on-device) bahkan lebih tinggi, mencapai 20,76%. Yang lebih mengkhawatirkan, hampir satu dari sepuluh organisasi telekomunikasi di seluruh dunia (9,86%) mengalami serangan ransomware selama periode yang sama. Angka-angka ini menggarisbawahi betapa sibuknya tim keamanan siber di industri ini.
Sementara berjuang melawan ancaman konvensional, industri justru sedang dalam masa transisi teknologi besar-besaran. Pergeseran dari fase pengembangan cepat ke implementasi luas teknologi seperti AI, kriptografi pasca-kuantum, dan Non-Terrestrial Networks (NTN) atau 5G satelit justru membuka peluang sekaligus risiko operasional baru untuk tahun 2026.
Risiko Tersembunyi di Balik Inovasi Teknologi
Laporan Kaspersky menyoroti tiga area transisi teknologi yang berpotensi menimbulkan gangguan jika tidak dikelola dengan kontrol yang kuat. Area pertama adalah manajemen jaringan yang dibantu AI. Otomatisasi jaringan melalui kecerdasan buatan menjanjikan efisiensi, tetapi juga bisa menjadi bumerang. AI dapat secara tidak sengaja memperkuat kesalahan konfigurasi yang dibuat manusia atau bertindak berdasarkan data yang menyesatkan, yang pada skala besar dapat menyebabkan gangguan layanan yang masif. Perlindungan keamanan berbasis AI sendiri juga terus dikembangkan, seperti upaya untuk mengoptimalkan AI dalam menghadapi gelombang serangan siber.
Area kedua adalah transisi menuju kriptografi pasca-kuantum. Ancaman komputer kuantum yang dapat memecahkan enkripsi konvensional memaksa industri untuk beradaptasi. Namun, penerapan algoritma kriptografi baru yang terburu-buru—baik pendekatan hibrida maupun murni pasca-kuantum—dapat menimbulkan masalah interoperabilitas dan kinerja. Bayangkan kompleksitasnya ketika sistem harus beroperasi di seluruh lingkungan TI yang beragam, sistem manajemen, dan jaringan interkoneksi dengan standar enkripsi yang berbeda. Teknologi enkripsi yang kuat menjadi krusial, sebagaimana terlihat dalam inovasi perangkat keras seperti kamera dengan enkripsi keamanan tinggi.
Area ketiga yang paling futuristik adalah integrasi 5G dengan jaringan satelit atau NTN. Ekspansi jejak layanan ini memang memperluas jangkauan konektivitas, tetapi juga memperkenalkan titik integrasi baru yang rentan. Ketergantungan pada mitra satelit dan infrastruktur ground segment yang kompleks menciptakan potensi mode kegagalan dan permukaan serangan yang lebih luas. Keamanan harus dibangun sejak awal dalam arsitektur yang menghubungkan bumi dan angkasa ini.
Membangun Ketahanan untuk Masa Depan yang Terhubung
Menghadapi lanskap ancaman yang semakin hybrid ini, operator telekomunikasi tidak punya pilihan selain mengadopsi pendekatan keamanan yang holistik dan proaktif. Pertahanan tidak lagi cukup hanya berfokus pada perimeter tradisional. Diperlukan visibilitas yang mendalam, mulai dari titik akhir perangkat pengguna, melintasi inti jaringan, hingga ke ujung terluar seperti koneksi satelit.
Kolaborasi dan kemitraan strategis menjadi senjata penting. Kerja sama dengan pakar keamanan siber dapat memperkuat kemampuan deteksi dan respons, seperti yang dilakukan melalui kemitraan untuk memperkuat pertahanan siber. Di sisi lain, edukasi dan peningkatan kesadaran pengguna juga vital. Fitur-fitur keamanan yang mudah diakses pengguna, seperti layanan anti-spam dan scam, membantu membentuk lini pertahanan pertama.
Yang tak kalah penting adalah menyiapkan talenta keamanan siber masa depan. Industri membutuhkan profesional yang tidak hanya paham ancaman konvensional tetapi juga mengerti implikasi keamanan dari AI, komputasi kuantum, dan jaringan satelit. Inisiatif pelatihan, seperti program untuk melatih talenta muda menghadapi ancaman siber, adalah investasi jangka panjang yang krusial.
Memasuki 2026, tantangan bagi operator telekomunikasi adalah menjalankan bisnis yang inovatif dan kompetitif sambil mengelola risiko keamanan yang semakin multidimensi. Keseimbangan antara adopsi teknologi pendorong pertumbuhan dan penanaman prinsip keamanan-by-design akan menentukan ketahanan sektor kritis ini. Keberhasilan tidak hanya diukur dari kecepatan peluncuran layanan baru, tetapi juga dari kemampuan menjaga konektivitas yang aman dan andal bagi miliaran pengguna dan perangkat di seluruh dunia.


























