Hasil Akhir Investigasi Kematian Diplomat ADP: Polda Metro Jaya Tegaskan Proses Ilmiah dan Transparan

1 month ago 34

Kematian seorang diplomat aktif dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) bernama ADP (39), mengguncang publik sejak jenazahnya ditemukan pada Selasa pagi (8/7/2025) di sebuah kamar kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Kondisi tubuh korban ditemukan dalam keadaan tragis: wajah terbungkus plastik dan dililit lakban kuning—membuat kasus ini segera dikategorikan sebagai insiden yang perlu investigasi mendalam.

ADP terakhir kali terlihat sehari sebelumnya, Senin (7/7), berada sendirian cukup lama di rooftop Gedung Kemlu RI. Ia diketahui meninggalkan ransel dan kantong plastik di tangga gedung, lalu menghilang hingga ditemukan tidak bernyawa keesokan paginya.

Dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis (31/7/2025), Polda Metro Jaya secara resmi mengumumkan hasil penyelidikan. Juru bicara Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, menegaskan bahwa seluruh proses berjalan berdasarkan prinsip scientific crime investigation—yakni penyidikan berbasis ilmu pengetahuan dan bukti forensik.

“Pendekatan ilmiah ini adalah komitmen Polri untuk memastikan setiap kasus ditangani secara profesional dan transparan,” ungkap Kombes Ade Ary.

Bukan hanya sekadar metode, namun pendekatan ini juga menjadi simbol reformasi dalam penegakan hukum, terutama saat menyangkut kasus yang menyita perhatian publik dan melibatkan tokoh negara.

Kombes Ade Ary menjelaskan bahwa penyelidikan melibatkan tim ahli dari berbagai disiplin: psikologi forensik, digital forensik, toksikologi, ahli autopsi, hingga ahli identifikasi sidik jari. Semua temuan dan analisis lintas bidang itu kemudian disatukan untuk menyusun kesimpulan utuh.

Langkah ini, menurut Kabid Humas, menjadi kunci utama dalam membuka tabir yang semula tampak rumit dan penuh teka-teki.

“Kolaborasi multidisipliner membentuk gambaran yang utuh—baik dari sisi mental korban, dugaan racun, pola perilaku, hingga urutan kejadian,” katanya.

Konferensi pers yang digelar juga dihadiri oleh jajaran penyidik dari Polda Metro Jaya yang menangani langsung kasus ini. Dalam kesempatan itu, pihak kepolisian menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga korban, sembari menegaskan bahwa setiap langkah dalam proses penyelidikan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum maupun moral.

Polda Metro menyatakan bahwa tidak ada ruang untuk spekulasi liar. Semua temuan telah didalami secara transparan dan dapat diaudit oleh publik.

Sejak kasus ini dibuka, polisi telah memeriksa setidaknya 24 orang saksi, termasuk istri korban, teman-teman dekat, rekan kerja, serta penjaga kos yang pertama kali menemukan jasad ADP.

Pemeriksaan ini menelusuri kemungkinan tekanan psikologis, ancaman eksternal, atau kondisi medis yang mungkin dialami korban. Tak hanya itu, jejak digital ADP juga dianalisis secara forensik untuk menyingkap aktivitas terakhir sebelum kematian.

Hingga artikel ini ditulis, Polda Metro Jaya belum menyimpulkan adanya dugaan tindak pidana pihak ketiga. Namun seluruh data dan hasil forensik telah disampaikan kepada pihak keluarga melalui jalur resmi.

Kasus kematian ADP tidak hanya menjadi sorotan karena posisinya sebagai pejabat negara, tetapi juga menjadi refleksi dari cara baru kepolisian menghadapi kasus-kasus kompleks. Pendekatan ilmiah, kolaboratif, dan penuh empati dianggap sebagai napas baru dalam tubuh Polri.

“Kasus ini menjadi contoh bagaimana sinergi antara aparat penegak hukum dan para ahli bisa menghadirkan kejelasan dan keadilan,” tegas Kombes Ade Ary.

Di tengah banyaknya kritik terhadap institusi kepolisian, transparansi seperti ini menjadi harapan baru: bahwa keadilan bisa ditegakkan, bahkan di kasus yang paling misterius sekalipun.

Kematian ADP memang menyisakan duka dan tanda tanya. Namun dengan pendekatan yang ilmiah dan terbuka, publik kini mendapatkan penjelasan yang objektif. Bukan hanya tentang apa yang terjadi, tapi juga tentang bagaimana sistem penegakan hukum mulai berbenah dengan mengedepankan akuntabilitas dan kolaborasi lintas keilmuan.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |