Banjir Kritik saat Konglomerat Teknologi AS Hadiri Pelantikan Donald Trump

1 week ago 13

SELULAR.ID – Pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dibanjiri berbagai bentuk kritik dari berbagai media, terutama karena dihadiri oleh para konglomerat yang bergerak di bidang teknologi di AS dan negara asing.

Dalam pelantikan Trump pada Selasa, 20 Januari 2025 waktu setempat, terlihat bos raksasa teknologi berkumpul menjadi satu, seperti gangster teknologi di era Trump. Mereka adalah bos Meta, Mark Zuckerberg; pemilik Amazon, Jeff Bezos; CEO Tesla – X/Twitter dan SpaceX, Elon Musk; CEO Google Sundar Pichai; CEO Apple, Tim Cook; CEO OpenAI, Sam Altman; CEO Uber Dara Khosrowshahi; hingga CEO TikTok yang jauh dari Tiongkok, Shou Zi Chew.

The New York Times sebelumnya memberitakan bahwa pelantikan Trump dibanjiri dengan uang dari para perusahaan teknologi. Trump mengumpulkan dana hingga $170 juta, bahkan mendekati $200 juta untuk pelantikannya. Angka itu adalah nominal yang fantastis, memecahkan rekor baru pelantikan paling mewah, yang tidak pernah didapatkan Presiden AS sebelumnya, Joe Biden.

Pendanaan itu dianggap sebagai penjilat untuk mencari aman di tengah pemerintahan Trump. Mereka bahkan menyumbangkan dana besar, tanpa mendapatkan imbalan kursi VIP saat pelantikan. Dalam judul berita ‘Trump Inauguration, Awash in Cash, Runs Out of Perks for Big Donors’ di New York Time, data tersebut bersumber dari internal tim kemenangan Trump yang mengurus pelantikannya.

Baca juga: Donald Trump Dilantik, Sejumlah Bos Teknologi Bakal Hadir

Laporan The Verge, pelantikan Trump yang dengan terang-terangan didatangi oleh bos teknologi itu dinilai sebagai tindakan korupsi yang terbuka. Bagaimana tidak, jika zaman dulu orang malu menjilat secara terang-terangan, namun kini seperti hal yang wajar. Kedatangan para CEO teknologi itu bahkan dianggap sebagai ‘era regulasi teknologi ala gangster’.

Perusahaan teknologi di AS juga dianggap lebih mudah mendekati penguasa, ketimbang membuat produk yang bisa disukai dan diterima oleh masyarakat banyak. Terlebih, hampir setiap tahun di AS, para raksasa teknologi tersebut menghadapi satu tuntutan hukum karena dianggap melanggar regulasi.

Google dan Apple sedang menghadapi masalah tuntutan monopoli di toko penjualan aplikasi mereka. Meta juga sedang mengalami goncangan karena dituntut memisahkan WhatsApp dari Meta. TikTok menjadi perhatian publik lantaran akan dilarang di negara tersebut.

Disisi lain, mereka juga terlihat sangat jelas untuk bisa lolos dari tagihan pajak yang tinggi karena termasuk ke dalam penarikan pajak khusus bagi konglomerat.

Meski demikian, Verge menilai ‘persahabatan’ mereka bukanlah sebuah ikatan yang akan bertahan lama, karena satu sama lain dari CEO teknologi juga sedang bersaing. Korupsi yang terang-terangan akan dengan mudah menimbulkan kerusakan yang lebih besar.

Dalam laporan Tech.co, Joe Biden sebelumnya sudah mengingatkan bahwa sistem oligarki dalam negara AS sedang terjadi. Negara yang dikuasai oleh segelintir penguasa harus dicegah dan mengancam demokrasi di negara tersebut.

Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |