Mimika, 20 April 2025 – Ribuan umat katolik memadati Gereja Katedral Tiga Raja guna merayakan misa Sabtu Suci atau malam paskah, Sabtu (19/4/2025).
Sabtu Suci atau perayaan malam Paskah merupakan bagian dari pekan suci Paskah yang dirayakan oleh umat Katolik di seluruh dunia. Pekan suci ini diawali dengan Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Minggu Paskah.
Prosesi perayaan Sabtu Suci ini diawali dengan upacara pemberkatan api unggun bertempat di halaman depan Gereja yang dipimpin oleh Uskup terpilih Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA.
Perayaan misa ini melalui empat bagian liturgi yaitu, pertama adalah upacara cahaya, kedua upacara sabda, ketiga upacara pembaptisan, dan keempat upacara Ekaristi.
Melalui sakramen pembaptisan ini, terdapat 99 orang katekumen yang dibaptis. Sementara umat akan diperciki air berkat oleh para asisten imam.
Pembaptisan adalah bagaikan suatu kebangkitan manusia lama yakni manusia yang berdosa telah mati. Sementara yang hidup adalah manusia baru yang dikuduskan, yang dibaktikan kepada Allah dan diselamatkan melalui sakramen baptis.
Uskup terpilih Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA dalam khotbahnya mengajak umat untuk merenungkan 2 hal kisah penciptaan berkaitan dengan alam, ekologi dan perempuan. Di dalam kitab Kejadian dikisahkan tentang bagaimana proses Allah menciptakan alam semesta dan juga menciptakan manusia dirumuskan dengan kata baik adannya, kebaikan yang maksimal, kebaikan yang tertinggi, utuh, sempurnah, kebaikan yang melampaui akal sehat manusia.
Allah mencipta semuanya dengan detail, terinci, teratur, terencana, menjadi utuh dan harmoni.
“Alam raya, hutan, universe ini atau makrokosmos adalah hasil karya agung Allah yang adalah hasil cintanya yang sempurna. Karena itu, hutan tidak hanya bernilai ekonomis, bernilai uang, tetapi hutan juga memiliki nilai spiritual rohani, memiliki nilai sosial budaya, memiliki nilai medis dan sumber ilmu pengetahuan,”kata Uskup Bernadus.
Penegasan ini sejalan dengan apa yang dikatakan atau ditegaskan oleh Paus Fransiskus dalam Ensiklik “Laudato Si”.
“Hutan bukanlah sekedar hutan tapi hutan adalah misteri Allah, wajah Allah yang ditampakkan kepada kita manusia. Banyak hal yang tidak dapat dipecahkan oleh akal manusia, banyak peristiwa-peristiwa alam yang adalaj misteri, yang adalah rahasia besar Allah bagi kita manusia,”ujarnya.
Bernadus mengatakan, seorang teolog agama dari Jerman dalam bukunya yang berjudul ide yang Kudus atau yang sakral itu menegaskan bahwa alam memiliki karakteristik keilahiannya. Dia menggambar sangat mengagumkan, sangat menarik dan menghasilkan mempesona tapi sekaligus menggetarkan, menakutkan.
“Kita bayangkan gunung Merapi mengeluarkan lahar sekaligus indah tapi sekaligus juga menakutkan. Tapi itulah dimensi misteri Allah yang ada dalam alam. Maka ketika alam dirusakkan oleh kejahatan manusia, maka manusia dan seluruh misteri alam itu, seluruh kehidupannya akan mengalami kepunahan abadi, terjadi kehancuran dan disharmoni, relasi antara manusia dan alam menjadi musuh, relasi manusia dan manusia menjadi musuh, relasi manusia dengan Allah juga menjadi musuh,”tuturnya.
Ia menambahkan, Kita manusia seakan-akan adalah Allah, kita menjadi ilusi, menjadi semu saja. Manusia hidup dalam ilusi pikiran atheisme, pikiran bahwa manusialah Tuhan Allah sebagai antropos padahal manusia hanya sekeping menurut Santo Agustinus, kita ke mana saja dalam sekejab saja kita akan sirna seperti mazmur menggambarkan pagi kita mekar dan siang layu.
“Tapi kita manusia merasa diri sombong, angkuh, egois, tamak dan rakus sehingga hutan di babak habis untuk hanya kepentingan perut, kepentingan keenakan, kenikmatan sesaat. Itulah hutan di tanah Papua ini di babat habis oleh kaum yang rakus dan tamak,” katanya.
Menurutnya, masyarakat adat telah diberikan kebijaksanaan untuk mewariskan hutan turun-temurun ribuan tahun. Mereka telah menjaganya dengan penuh ketaahan, penuh dengan cinta tapi dunia kapitalisme modernisme menghancurkan alam sekejap saja tanpa perasaan, kekaguman, perasaan ketakutan dan kegentaran.
Yang kedua, demikian jugalah Allah menciptakan manusia pada hari terakhir Allah menciptakan manusia dalam bahasa Ibrani disebut Adam, manusia pria dan kemudian menciptakan perempuan. Adam dan Adama adalah satu entitas, satu kesatuan. Tidak ada manusia yang hanya laki-laki dan hanya perempuan. Manusia adalah dua entitas yang tak dapat dipisahkan.
Tuhan menciptakan Adam dan adama seturut gambar dan rupanya, citra Allah. Keduanya adalah citra Allah sendiri baik pria maupun wanita. Pria dan wanita diberikan tanggung jawab, peran masing-masing ambil bagian dalam tugas penciptaan Allah.
“Pria sebagai gambaran Allah yang adalah bapak dan perempuan menggambarkan Allah sebagai ibu yang mengandung kehidupan, melahir dan merawat kehidupan bagi kelangsungan sang kehidupan manusia mencerminkan kehidupan Allah sendiri,”ucapnya.
Oleh karena itu, kebudayaan patriarki yang masih terus kita praktekkan apalagi di kebudayaan Timur ini atau Indonesia ini masih mempraktekkan ideologi patriarki yang masih kuat, memisahkan perempuan dan laki-laki perempuan kelas 2 laki-laki kelas 1. Perempuan tidak terlibat dalam semua proses kebijakan-kebijakan tapi laki-laki lah yang menguasai dan mendominasi ini bertentangan dengan prinsip pria ciptaan Tuhan yaitu melarut melalui prokreasi kelahiran anak.
“Saya kira situasi kita apalagi kita di wilayah Timur ini belis terlalu mahal, banyak perempuan menjadi korban oleh bellis sehingga banyak yang menjadi perawan tua karena akibat dari belis. Apalagi orang Lamaholot yang belisnya adalah Gading, orang maibrat itu kain timur dan susah sekali juga bayarnya sampai jutaan,”tuturnya.
Oleh karena itu, menurut Bernadus perlu didiskusikan semua lembaga adat, lembaga gereja dan pemerintah perlu mendiskusikan mengedepankan martabat perempuan dan laki-laki adalah sama. Perempuan sebagai aktor kehidupan karena itu bacaan Injil hari ini jelas perempuanlah penyaksi kehidupan pertama bukan laki-laki.
“Perempuanlah yang menyaksikan rahasia hidup Allah lebih dahulu daripada kaum pria, perempuanlah yang disebut rahim bukan laki-laki yang adalah sama dengan Allah maha rahim. Karena itu, yang masih mempraktekkan budaya patriarki bertobatlah malam paskah ini mulai bertobat, yang suka pukul-pukul istri bertobat kalau tidak tangan akan dipotong oleh Tuhan Allah dan masuk di neraka,”ungkapnya.
Ia meminta, orang-orang muda jangan jadikan perempuan muda sebagai objek, kesenangan dan objek seksual anda. Dia (perempuan) adalah sahabat dan teman seperjalanan untuk saling membangun bukan jadi objek untuk kesenangan sesat.
Karena itu Yesus bangkit adalah Re-ciptaan, Dia menciptakan kembali yang rusak, yang hancur, yang disebabkan oleh kejahatan kita manusia, relasi kita putus, relasi antara pria wanita yang di halang-halangi oleh ideologi yang kita ciptakan sendiri. Yesus bangkit dan memberikan rahasia itu kepada para wanita yang menyaksikan kebangkitan Tuhan.
“Kita belajar dari mereka, belajar dari Yesus, belajar dari para murid yang kemudian juga sadar dan bertobat bahwa mewartakan Injil ke seluruh dunia bukan tugas laki-laki saja tapi adalah tugas kaum perempuan bersama laki-laki, mewartakan rahasia, cinta kasih Allah dalam hidup kita sehari-hari,”pungkasnya.
Diketahui, Bupati Mimika, Johannes Rettob bersama Utusan Khusus Presiden Republik Seychelles untuk ASEAN, Nico Barito pun mengikuti misa malam paskah di Gereja Katedral Tiga Raja Timika.
Utusan Khusus Presiden Republik Seychelles untuk ASEAN, Nico Barito mengatakan, dirinya Duta Besar Republik Seychelles kebetulan lagi di Indonesia asal Dayak.
“Seychelles Adalah negara kelautan, negara pulau di dekat benua Afrika. Jadi tempatnya, pulaunya, lautnya besar ada 115 pulau dan kita letaknya tidak terlalu jauh dari Indonesia. Satu garis lurus masih daerah tropis, kalau lurus dari Seychelles ke sebelah Timur ketemunya pulau Sumatera. Jadi dekat-dekat saja,”kata Barito.
Barito mengatakan, satu hal yang ingin dibagian adalah Seychelles walau negara kecil namun tumbuh berhasil jadi negara maju. Maju ekonominya, dan termasuk negara papan atas karena keberhasilannya yang mencintai alam dan lingkungan.
“Ekonomi kami berasal dari para wisata, mengandalkan laut yang indah, gunung yang indah, alam yang indah. Perikana juga merupakan ekonomi kami tapi kami tidak sembarangan menangkap ikan, semua bertanggungjawab, tidak kelebihan sehingga nilai ikannya lebih mahal dan lebih baik. Sebagai Seychelles kami melakukan ekonomi jasa, jasa service, “ujarnya.
Ia pun merasa tersentuh dengan bacaan yang mana Tuhan menciptakan langit dan bumi, bagaimana Musa menyebrangkan orang ke laut merah.
Dalam khotbah Uskup Barito salut sehingga mengirim pesan ke koleganya katakan bahwa Uskup luar biasa, Uskup sudah mengerti alam dan lingkungan.
“Saya sangat bangga, harusnya saya jadi warga Paroki Timika dan di bina oleh Uskup yang begitu mengerti soal lingkungan. Saya mau tambahkan semangat Uskup, bahwa misi saya ke sini adalah berbagi pengalaman,”tutur Barito.
Katanya, Papua ini besar, Kabupaten Mimika kaya akan sumber daya alam. Jangan dulu pikirkan yang besar-besar, sebagai rakyat pikirkan yang kecil dulu. Yang penting pengembangan para wisata dan alam di jaga berbasis kearifan lokal.
“Kalau alam kita jaga Tuhan memberikan berkat, karena Tuhan memberikan kita alam, air, lingkungan yang baik. Bagaimana menjaga alam itu sampai memberikan nilai tambah, sehingga ada interaksi antara manusia dan alam. Kalau kita memanfaatkan alam dengan baik maka kita bersyukur kepada kasih karunia kepada kita,”pungkasnya.
Post Views: 79