Nabire, 13 Juni 2025 – Semangat kebangkitan perempuan dalam pelayanan terus digaungkan dalam kegiatan Pembekalan dan RET-REAT Persekutuan Wanita GKI se-Tanah Papua yang berlangsung di Jemaat GKI Tabernakel Oyehe, Nabire. Kegiatan yang melibatkan 70 klasis dari berbagai penjuru Tanah Papua ini menjadi wadah refleksi, pembaruan spiritual, dan peneguhan panggilan iman para perempuan gereja.
Salah satu momen berkesan dalam hari pertama kegiatan ini adalah sambutan inspiratif dari Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Papua Tengah, Ny. Nurhaidah Meki Nawipa, S.E, yang juga istri Gubernur Papua Tengah. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa kehadiran para peserta di Nabire bukanlah sebuah kebetulan, melainkan penempatan ilahi dalam waktu dan tempat yang tepat.
“Kita berada di tempat yang tepat dan waktu yang tepat. Ibu-ibu memilih meninggalkan suami dan anak bukan untuk tujuan manusia, tapi karena kehendak Tuhan,” ujarnya mengawali.
Ny. Nurhaidah menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas komitmen para peserta yang datang untuk “mengisi ulang” diri secara rohani, layaknya telepon genggam yang perlu di- reset agar dapat berfungsi optimal kembali.
“Ibu-ibu memilih untuk kembali di-install ulang, dikembalikan ke pengaturan pabrik sesuai kehendak Tuhan Yesus. Ini keputusan luar biasa,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Dalam suasana keakraban dan haru, ia juga menegaskan pentingnya menjadikan kegiatan ini sebagai momen pembaruan hidup dan penyatuan hati di tengah zaman yang semakin individualistis.
“Kita hidup di era di mana banyak orang ke gereja seperti orang asing. Datang, duduk, masing-masing sibuk dengan handphone. Tapi dua hari ini, mari kita tinggalkan dulu dunia maya, dan fokus pada dunia nyata — dunia rohani,” tuturnya mengingatkan.
Lebih lanjut, ia mengajak semua perempuan gereja untuk sungguh-sungguh menjadi terang, terutama di tempat-tempat yang gelap — di tengah keluarga yang rusak, dalam lingkungan yang keras, bahkan di tengah krisis sosial yang melanda Tanah Papua.
“Jadilah terang di tempat yang gelap. Jadilah garam. Meskipun tidak terlihat, tapi keberadaannya dirasakan. Kehadiran kita harus membawa pengaruh, membawa perubahan, membawa harapan,” pesannya.
Ny. Nurhaidah juga menyinggung bahwa Provinsi Papua Tengah sebagai Daerah Otonom Baru adalah simbol dari pusat kekuatan baru. Ia percaya bahwa dari Nabire — sebagai ibu kota provinsi — akan terpancar pengaruh besar bagi Tanah Papua secara menyeluruh.
“Seperti batu yang dilempar ke kolam, riaknya menyebar ke segala penjuru. Dari Nabire, mari kita pancarkan terang Kristus ke seluruh Tanah Papua,” tegasnya.
Di akhir sambutan, ia kembali menegaskan bahwa perempuan Kristen harus mampu membuktikan bahwa Injil tidak hanya dikhotbahkan, tapi dijalani dalam keseharian.
“Tugas kita bukan hanya tahu firman, tapi menjadi pelaku firman. Bukan hanya hadir dalam gereja, tapi menghadirkan Kristus dalam rumah tangga dan masyarakat,” tutupnya penuh harap.
[Nabire.Net/Musa Boma]
Post Views: 110