Selular.ID – Bank Indonesia (BI) terus menekankan pentingnya keamanan pelanggan. Di tengah maraknya penggunaan AI, diharapkan pelaku usaha perbankan selalu ter-update dengan jenis ancaman fraud yang dapat menimpa nasabahnya dan solusi yang dapat diimplementasi untuk mencegahnya.
Hal tersebut diungkapkan Dedi Noor Cahyanto, Deputi Direktur Perlindungan Konsumen, Bank Indonesia.
Menurutnya, industri keuangan yang kuat harus selaras dengan langkah pemberdayaan dan edukasi kepada masyarakat, serta selalu update diri dengan perkembangan inovasi di dunia keamanan digital.
Di tengah maraknya penggunaan AI, diharapkan pelaku usaha perbankan selalu ter-update dengan jenis ancaman fraud yang dapat menimpa nasabahnya dan solusi yang dapat diimplementasi untuk mencegahnya.
“Kepastian keamanan nasabah tetap jadi prioritas utama, yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap industri keuangan.” ujar Dedi.
Sementara Niki Luhur, Founder dan Group CEO VIDA menyebutkan, lanskap digital di Indonesia menghadapi ancaman baru yang mengkhawatirkan: penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI).
Deepfake, yang dapat menciptakan video dan audio palsu yang meyakinkan, dan Account Takeover (ATO), di mana penjahat mencuri identitas online pengguna, dan sudah semakin canggih.
Penipuan berbasis AI bukan lagi ancaman masa depan, tetapi terjadi saat ini.
“ATO terjadi ketika penjahat mendapatkan informasi login Anda, dan kemudian mereka bertindak seolah-olah mereka adalah Anda,” ujar Niki.
Sebagai penyedia identitas digital, verifikasi dan autentikasi di Indonesia, VIDA memperjuangkan solusi anti-penipuan yang dapat menghilangkan account takeover, penipuan deepfake, dan serangan social engineering, untuk memastikan ekosistem digital yang lebih aman bagi semua.
Dari Whitepaper terbaru VIDA, “Where’s The Fraud? The State of Authentication and Account Takeovers in Indonesia,” menemukan fakta bahwa:
-67% konsumen telah mengalami transaksi tidak sah di akun digital mereka.
-84% bisnis telah mengalami insiden keamanan karena SMS OTP, termasuk penipuan penggantian SIM dan serangan phishing.
-98% bisnis menghadapi tantangan autentikasi, tetapi hanya 9% yang mengadopsi langkah-langkah keamanan yang lebih kuat.
Data-data ini menegaskan, perlindungan konsumen di era digital tidak bisa dilakukan secara parsial. Ancaman penipuan AI, deepfake, dan ATO adalah tanggung jawab kita bersama.
Kolaborasi seluruh pelaku industri, dari perbankan hingga penyedia layanan identitas digital, adalah kunci untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan tepercaya bagi masyarakat Indonesia.
Baca Juga:Penipuan Deepfake Indonesia Melonjak 1550%
Dengan bersinergi, industri dapat membangun pertahanan yang kuat dan memastikan keamanan konsumen dalam bertransaksi di ruang digital.