Ancaman Siber AI di Asia Pasifik Menenkankan Pentingnya SOC di Kawasan Ini

2 weeks ago 16

TechDaily.id – Perusahaan keamanan siber dan digital global Kaspersky menyuarakan kewaspadaan mendesak tentang meningkatnya penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) dalam serangan siber di seluruh Kawasan Asia Pasifik (APAC).

Menurut para ahli Kaspersky, pada tahun 2024 terjadi lebih dari 3 miliar serangan malware secara global, dengan rata-rata harian 467.000 file berbahaya terdeteksi. Sistem Windows menjadi yang paling sering menjadi sasaran, dan deteksi Trojan meningkat sebesar 33% dari tahun ke tahun.

Kejahatan siber finansial juga melonjak di seluruh dunia, dengan peningkatan 2x lipat jumlah korban ancaman finansial seluler dan meningkatnya serangan phishing yang menargetkan aset kripto. Aplikasi yang menyesatkan, termasuk VPN palsu, juga meningkat, begitu pula ancaman terhadap para gamer dan anak-anak. Tinjauan paling mengkhawatirkan, 45% kata sandi dapat dipecahkan dalam waktu kurang dari satu menit.

Keamanan siber

Ancaman Siber AI di Asia Pasifik Menenkankan Pentingnya SOC di Kawasan Ini

Namun di luar volume yang terjadi saat ini, sifat ancaman berubah dengan AI menjadi pedang bermata dua dalam keamanan siber. Penjahat dunia maya memanfaatkan AI untuk membuat konten phishing, mengembangkan malware, dan bahkan meluncurkan serangan rekayasa sosial berbasis deepfake,” kata Vladislav Tushkanov, manajer Machine Learning Technology Research Group di Kaspersky. Ia memperingatkan tentang kerentanan bawaan LLM, serangan rantai pasokan AI, dan persoalan shadow AI yang semakin berkembang, penggunaan alat AI tidak sah oleh karyawan yang dapat membocorkan data sensitif.

Dalam satu contoh yang mengkhawatirkan, peneliti Kaspersky menemukan model AI berbahaya yang dihosting di repositori publik, dan lingkungan perusahaan kini rentan terhadap prompt injection (teknik serangan siber yang memanfaatkan kelemahan dalam model bahasa besar (LLM)), kesalahan halusinasi, dan penanganan akun yang tidak aman dalam sistem AI generatif.

Kaspersky juga menekankan bagaimana pentingnya SOC (Pusat Operasi Keamanan) generasi berikutnya harus berevolusi dengan integrasi AI untuk mampu melakukan deteksi, respons, dan otomatisasi.

“AI membentuk kembali lanskap ancaman dan pertahanan,” kata Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky. “Untuk tetap unggul, organisasi membutuhkan lebih dari sekadar alat, mereka membutuhkan SOC cerdas yang menggabungkan otomatisasi, intelijen ancaman, dan keahlian manusia. Itulah dasar untuk keamanan siber yang tangguh dan siap untuk AI. Pada akhirnya, pemenang dalam keamanan siber adalah mereka yang tidak hanya mengadopsi AI, tetapi
juga mengamankannya.”

Kaspersky mendesak perusahaan untuk mengadopsi strategi keamanan siber yang mendukung AI, termasuk:

  • Solusi keamanan untuk mendeteksi malware dan ancaman yang didukung AI dalam rantai pasokan.
  • Alat intelijen ancaman untuk memantau eksploitasi yang digerakkan oleh AI.
  • Kontrol akses dan edukasi karyawan untuk mengurangi risiko dari AI bayangan dan kebocoran data.
  • Menetapkan Pusat Operasi Keamanan (Security Operations Center/SOC) untuk pemantauan ancaman secara real-time dan respons cepat.

SOC adalah pusat komando terpusat yang memantau, mendeteksi, menganalisis, dan menanggapi insiden keamanan dalam jaringan dan sistem organisasi. Dengan berinvestasi pada sumber daya, teknologi dan manusia yang tepat, Anda dapat meningkatkan postur keamanan, mengurangi risiko, dan melindungi data sensitif, menjaga reputasi dan keberlangsungan bisnis di tengah lanskap ancaman yang semakin kompleks.

Berdasarkan pengalaman Kaspersky dalam operasi keamanan dan menerapkan praktik terbaik keamanan modern, perusahaan keamanan siber global ini telah mengembangkan berbagai layanan konsultasi untuk membantu organisasi membangun SOC Anda sendiri.

browser Android

Kecerdasan Buatan (AI) Semakin Canggih, Transformasi Industri Digital Tak Terelakkan

Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terus mengalami perkembangan pesat dan kini menjadi kunci utama dalam mendorong transformasi digital di berbagai sektor industri. Dari layanan kesehatan hingga perbankan, AI terbukti mampu meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, serta menciptakan inovasi baru yang belum pernah dibayangkan sebelumnya.

Pertumbuhan AI di Indonesia dan Dunia

Laporan terbaru dari IDC menyebutkan bahwa nilai investasi global untuk teknologi AI diprediksi mencapai lebih dari USD 500 miliar pada 2025. Di Indonesia sendiri, adopsi AI mulai merambah sektor publik, manufaktur, dan layanan pelanggan. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga gencar mendorong pemanfaatan AI dalam mendukung ekonomi digital nasional.

“AI bukan lagi sekadar teknologi masa depan, melainkan telah menjadi bagian dari strategi bisnis saat ini,” ujar Direktur Eksekutif Indonesia Digital Society, Rendra Wirawan.

Pemanfaatan AI di Dunia Nyata

  1. Layanan Kesehatan: AI digunakan untuk menganalisis data medis secara real-time, membantu diagnosa penyakit, hingga merancang pengobatan personal berbasis data genomik pasien.
  2. Transportasi dan Otomotif: Mobil otonom dan sistem navigasi cerdas memanfaatkan AI untuk meningkatkan keselamatan berkendara serta mengurangi kemacetan lalu lintas.
  3. Perbankan dan Fintech: AI digunakan dalam mendeteksi penipuan, analisis risiko kredit, serta menyediakan layanan nasabah berbasis chatbot 24 jam.
  4. Edukasi: Platform pembelajaran digital seperti Ruangguru dan Zenius mulai mengadopsi AI untuk menyesuaikan materi belajar sesuai kemampuan masing-masing siswa.
laptop Adobe Acrobat

Tantangan Etika dan Regulasi AI

Meski menawarkan berbagai manfaat, perkembangan AI juga memunculkan sejumlah tantangan, terutama terkait privasi data, bias algoritma, dan kehilangan lapangan kerja.

“Regulasi menjadi penting agar pemanfaatan AI tetap berada dalam koridor yang etis dan tidak merugikan masyarakat,” kata Prof. Dr. Nina Hapsari, pakar etika teknologi dari Universitas Indonesia.

Beberapa negara seperti Uni Eropa sudah mulai menerapkan regulasi ketat melalui AI Act, sementara Indonesia sedang menyusun pedoman etika penggunaan AI dalam kerangka transformasi digital nasional.

AI dan Masa Depan Dunia Kerja

World Economic Forum (WEF) memperkirakan bahwa AI akan menggantikan sekitar 85 juta pekerjaan pada 2025, namun juga menciptakan lebih dari 97 juta pekerjaan baru di bidang teknologi, analitik data, dan manajemen digital. Oleh karena itu, penting bagi pekerja untuk meningkatkan keterampilan digital dan literasi teknologi.

Sektor-sektor yang diprediksi tumbuh pesat berkat AI antara lain:

  • Pengembangan perangkat lunak AI
  • Analis data dan ilmuwan data
  • Spesialis keamanan siber
  • Insinyur robotika
  • Arsitek cloud dan AI infrastructure
OpenAI Sora

Peran Startup dan Inovator Lokal

Startup Indonesia seperti Nodeflux, Kata.ai, dan Vutura telah menunjukkan potensi besar dalam mengembangkan solusi AI lokal. Mereka menciptakan platform analitik video, chatbot cerdas berbahasa Indonesia, hingga asisten virtual yang membantu UMKM menjalankan bisnis secara efisien.

Kehadiran unicorn teknologi juga ikut mendorong pemanfaatan AI dalam ekosistem digital nasional, termasuk dalam logistik, e-commerce, dan layanan keuangan berbasis teknologi.

Read Entire Article
Kepri | Aceh | Nabire | |